Wisata Seks di Jepang Diburu Turis Usai Viral di TikTok, PSK Lebih Pilih Wisatawan Asing Karena Berani Bayar Mahal
![]() |
Ilustrasi. Wanita muda di Jepang tengah menjadi sorotan dengan memilih berprofesi sebagai PSK. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Fenomena wisata seks di Jepang tengah menjadi sorotan internasional, setelah beberapa video di platform seperti TikTok dan Bilibili menjadi viral.
Taman Okubo di kawasan Tokyo kini ramai dikunjungi turis asing yang memburu jasa pekerja seks komersial (PSK) Jepang, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Dalam laporan tersebut, sejumlah perempuan terlihat berbaris di sekitar Taman Okubo, tak jauh dari area hiburan Kabukicho yang ikonik dengan replika kepala Godzilla.
Mereka secara terbuka menawarkan jasa seksual kepada para wisatawan, sebagian besar tanpa perantara atau mucikari.
"Tidak ada data resmi, kecuali bukti anekdotal yang dikumpulkan AFP menunjukkan pertambahan jumlah laki-laki asing yang berbondong-bondong mendatangi area itu setelah menonton video di media sosial," tulis AFP, Minggu (20/4).
Media sosial jadi pemicu
Popularitas lokasi ini melonjak setelah beberapa konten video yang menampilkan praktik prostitusi secara terselubung beredar luas di media sosial.
Beberapa video bahkan disiarkan secara langsung dan berhasil menarik ratusan ribu penonton.
Informasi yang seharusnya tersembunyi kini dengan mudah diakses oleh siapa saja, termasuk para wisatawan dari Korea Selatan, China, Taiwan, Amerika Utara, hingga Eropa.
Pakai bantuan Google Translate
Minimnya kemampuan berbahasa Jepang tak menjadi penghalang bagi para turis asing. Dengan bantuan ponsel dan aplikasi penerjemah, komunikasi tetap bisa dilakukan.
Hal ini diungkapkan oleh Ria, salah satu PSK di Okubo yang enggan mengungkapkan nama aslinya.
"Karena mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang, mereka menulis, 'Berapa?' di ponsel mereka," ujarnya.
Menurut Ria, para perempuan di Okubo bekerja secara independen tanpa dikendalikan oleh mucikari.
Biasanya, mereka membawa pelanggan ke hotel cinta (love hotel) terdekat.
Adapun tarif yang ditawarkan para PSK bervariasi antara 15 ribu hingga 30 ribu yen (sekitar Rp1,8 juta hingga Rp3,6 juta).
Namun, persaingan dan kondisi ekonomi memaksa mereka untuk menurunkan tarif.
Meski begitu, turis asing dianggap sebagai pelanggan ideal karena dinilai royal dan tidak banyak menawar.
"Orang asing biasanya enggak negosiasi harga dan biasanya akan memberikan uang lebih banyak," kata Ria.
Pendapat serupa juga datang dari Azu, PSK berusia 19 tahun yang mengaku bisa menetapkan tarif lebih tinggi jika melayani turis dari luar negeri.
"Skenario terbaik, aku bisa meminta 20 ribu yen (Rp2,4 juta) per orang per jam dengan sebuah kondom," ujar Azu.
Selain karena daya beli, alasan lain para PSK lebih memilih pelanggan asing adalah karena kekhawatiran terhadap razia. Pelanggan lokal dianggap lebih berisiko karena bisa jadi polisi yang menyamar.
"Lebih aman memilih pelanggan asing daripada orang Jepang karena setidaknya kami tahu mereka bukan polisi berbaju preman," tambah Ria.
Realitas sosial dan bantuan untuk PSK
Di balik maraknya wisata seks di Jepang ini, ada pula organisasi sosial yang berusaha memberi pendampingan.
Rescue Hub, organisasi non-profit yang bergerak di bidang perlindungan perempuan, hadir untuk membantu para PSK yang ingin keluar dari lingkaran industri seks.
Arata Sakamoto, Kepala Rescue Hub, menilai fenomena ini sebagai hal yang relatif baru di Jepang.
Ia menyebut bahwa satu dekade lalu, sangat jarang perempuan Jepang yang memilih menjadi PSK.
Namun, perubahan zaman dan tekanan ekonomi pasca-pandemi membuat banyak perempuan muda memilih jalan tersebut.
"Aku pikir inilah mengapa jumlah pelanggan asing bertambah," kata Arata.