Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Waspadai Krisis! Ini Alasan Kenapa Uang Tunai Masih Jadi Andalan Saat Ekonomi Guncang

Waspadai Krisis! Ini Alasan Kenapa Uang Tunai Masih Jadi Andalan Saat Ekonomi Guncang
Ilustrasi - Uang tunai. (Dok. Okezone).

PEWARTA.CO.ID - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, banyak orang mulai mempertimbangkan kembali pentingnya menyimpan uang tunai sebagai bagian dari strategi finansial. Meski zaman kini serba digital, sejumlah pakar keuangan mengingatkan bahwa uang tunai tetap memiliki peran vital dalam situasi darurat, seperti bencana alam, pemadaman listrik, atau gangguan sistem pembayaran elektronik.

Matthew Saneholtz, seorang perencana keuangan, mengatakan bahwa memiliki simpanan uang tunai dalam jumlah tertentu bisa memberikan rasa aman.

"Saya merasa nyaman dengan menyimpan antara USD500 hingga USD1.000 (setara Rp16,8 juta dengan kurs Rp16.800 per USD) dalam bentuk uang tunai untuk menghadapi situasi tak terduga," ujar Saneholtz, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (18/4/2025).

Namun, tidak semua pakar sepenuhnya setuju. Melissa Caro, CFP dan pendiri My Retirement Network, menyebut bahwa keputusan menyimpan uang tunai adalah hal yang bersifat personal. Meskipun menurutnya uang tunai bisa “berguna” dalam beberapa kondisi, ia mengingatkan bahwa menyimpannya secara berlebihan bukanlah pilihan yang bijak.

"Saya tidak akan menyimpan uang tunai secara berlebihan, karena tidak ada perlindungan dari FDIC dan tidak memberikan bunga," jelas Caro.

Di balik manfaatnya, menyimpan uang tunai di rumah juga mengandung risiko yang tak bisa diabaikan. Nicole Sullivan, CFP sekaligus pendiri Prism Planning Partners, menyoroti potensi kehilangan, pencurian, atau kerusakan yang bisa terjadi.

"Uang tunai dapat hilang, dicuri, rusak, atau bahkan digunakan untuk pengeluaran yang tidak direncanakan," ungkap Sullivan. Ia juga menambahkan, "Jika Anda memiliki jumlah uang tunai yang besar, Anda mungkin lebih mudah tergoda untuk menghabiskannya pada 'barang-barang tambahan' yang biasanya akan Anda hindari."

Dengan kata lain, uang tunai di rumah bisa memicu perilaku konsumtif yang justru berisiko mengacaukan rencana keuangan.

Selain menyimpan uang tunai, para ahli keuangan menekankan pentingnya memperkuat dana darurat. Umumnya, disarankan untuk menabung setidaknya tiga hingga enam bulan biaya hidup dalam rekening yang mudah diakses, seperti rekening giro atau rekening tabungan berbunga tinggi.

Namun melihat tren ketidakpastian yang terus meningkat, banyak yang kini menyarankan untuk memperpanjang cakupan dana darurat hingga bisa menutupi kebutuhan hidup selama satu tahun penuh. Langkah ini dianggap lebih aman dalam menghadapi kemungkinan terburuk seperti kehilangan pekerjaan atau kondisi darurat lainnya.