Tragedi Yahukimo: Anggota DPR Tegaskan Aksi KKB Bukan Kriminalitas Biasa
![]() |
Tragedi Yahukimo: Anggota DPR tegaskan aksi KKB bukan kriminalitas biasa. (Dok. ANTARA) |
Jakarta, Pewarta.co.id – Insiden tragis yang merenggut nyawa 12 pendulang emas di Yahukimo, Papua Pegunungan, kembali mengguncang nurani publik.
Aksi brutal yang diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ini dinilai oleh anggota Komisi III DPR RI, Mafirion, sebagai tindakan yang jauh melampaui kriminalitas biasa.
Menurut Mafirion, pembunuhan massal yang terjadi di daerah terpencil Papua itu kemungkinan besar memiliki muatan politik, bukan sekadar aksi kejahatan biasa.
Ia menilai motif di balik kekerasan ini harus ditelusuri lebih dalam karena menyangkut keselamatan masyarakat sipil di wilayah tersebut.
"Situasi kekerasan di Bumi Papua ini terus berlangsung sejak lama. Kasihan masyarakat di sana," kata Mafirion di Jakarta, Selasa.
Ia mengungkapkan bahwa pembunuhan terhadap warga sipil bukan pertama kalinya terjadi di Papua.
Situasi keamanan yang rentan telah menciptakan rasa takut yang mencekam di kalangan warga lokal.
Menurutnya, masyarakat tidak dapat menjalani kehidupan dengan tenang karena selalu dibayangi kemungkinan kekerasan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
"Harta benda warga sipil juga habis dengan adanya konflik ini,” lanjutnya.
Mafirion mendesak pemerintah untuk memperkuat perlindungan terhadap warga sipil di Papua.
Ia mengakui bahwa berbagai pendekatan telah dilakukan oleh pemerintah, mulai dari strategi keamanan hingga operasi militer.
Namun, ia menilai bahwa solusi jangka panjang memerlukan metode yang lebih manusiawi dan menyentuh akar masalah.
“Tapi berkaca dari berbagai pendekatan keamanan dan militer yang telah dilakukan, pemerintah harusnya sudah dapat memetakan pendekatan dialogis untuk mencapai penyelesaian konflik,” tegasnya.
Dalam perkembangan terakhir, Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani, menyampaikan bahwa seluruh korban telah berhasil diidentifikasi pada Senin (14/4/2025).
Jenazah 12 pendulang emas tersebut telah dikembalikan kepada pihak keluarga dan rencananya akan dimakamkan di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo.
Tragedi ini menambah panjang daftar kekerasan di Papua yang hingga kini masih menyisakan banyak pertanyaan.
Upaya penyelesaian konflik di Tanah Cenderawasih tampaknya perlu dilihat dari perspektif yang lebih luas: tak hanya menumpas pelaku, tetapi juga menyentuh akar persoalan sosial dan politik yang selama ini mengakar.