Hikayat Nabi dan Sahabat di Akhir Bulan Ramadhan
![]() |
Ilustrasi masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah pada zaman dahulu. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa di akhir Ramadhan.
Mereka memperbanyak ibadah, meningkatkan kualitas spiritual, serta menunjukkan keteladanan yang dapat kita contoh.
1. Rasulullah ﷺ menghidupkan malam di akhir Ramadhan
Rasulullah ﷺ selalu meningkatkan intensitas ibadahnya di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Beliau menghidupkan malam dengan shalat, dzikir, dan munajat kepada Allah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, disebutkan:
"Rasulullah ﷺ ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari & Muslim)
Pelajaran dari kisah Ini:
- Meningkatkan kesungguhan dalam beribadah – Di akhir Ramadhan, kita harus lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah, bukan justru mengendur.
- Mengajak keluarga beribadah – Rasulullah ﷺ tidak hanya beribadah sendiri, tetapi juga membangunkan keluarganya agar mereka ikut serta dalam meraih keberkahan.
- Menghindari hal yang tidak bermanfaat – “Mengencangkan ikat pinggang” bermakna menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala ibadah.
2. Rasulullah ﷺ dan pencarian Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Rasulullah ﷺ sangat menekankan pentingnya mencari malam ini di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
"Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari & Muslim)
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)
Pelajaran dari kisah Ini:
- Mengisi malam dengan ibadah – Rasulullah ﷺ mengajarkan agar kita tidak melewatkan satu malam pun di sepuluh malam terakhir tanpa ibadah.
- Bersungguh-sungguh dalam berdoa – malam Lailatul Qadar adalah waktu mustajab untuk berdoa dan meminta ampunan.
- Meningkatkan Kualitas Bukan Hanya Kuantitas – Rasulullah ﷺ lebih fokus pada kekhusyukan daripada sekadar jumlah ibadah.
3. Abu Bakar Ash-Shiddiq:
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai sahabat yang paling dermawan, terutama di bulan Ramadhan.
Beliau tidak segan menginfakkan hartanya untuk kepentingan umat Islam.
Salah satu kisahnya adalah ketika beliau membebaskan Bilal bin Rabah dari perbudakan dengan harga yang sangat tinggi.
Pelajaran dari kisah Ini:
- Keutamaan sedekah di bulan Ramadhan – Abu Bakar mencontohkan bahwa Ramadhan adalah waktu terbaik untuk bersedekah.
- Membantu sesama tanpa mengharap balasan – Ketulusan Abu Bakar dalam membantu Bilal menunjukkan bahwa amal terbaik adalah yang dilakukan ikhlas karena Allah.
- Mengutamakan keperluan umat daripada kepentingan pribadi – Beliau lebih memilih menggunakan hartanya untuk membantu orang lain daripada untuk kepentingan duniawi.
4. Umar bin Khattab: Kedisiplinan dalam Qiyamul Lail
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu memiliki kebiasaan membangunkan keluarganya untuk shalat malam, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Suatu ketika, beliau berkata kepada keluarganya:
"Bangunlah untuk shalat malam, jangan kalian tidur! Sesungguhnya kita akan menyesal jika melewatkan malam-malam ini dengan kelalaian."
Pelajaran dari kisah Ini:
- Disiplin dalam beribadah – Umar mengajarkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan disiplin, tidak hanya berdasarkan mood.
- Kepemimpinan dalam keluarga – Seorang pemimpin keluarga harus membimbing anggota keluarganya dalam kebaikan.
- Mementingkan akhirat daripada kenyamanan dunia – Umar lebih memilih kehilangan tidur daripada kehilangan kesempatan beribadah.
5. Utsman bin Affan: Kecintaan pada Al-Qur’an
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dikenal dengan kecintaannya pada Al-Qur’an.
Di bulan Ramadhan, beliau sering mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam.
"Jika hati kita bersih, niscaya kita tidak akan pernah merasa cukup membaca Al-Qur’an." – Utsman bin Affan
Pelajaran dari kisah Ini:
- Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup – Membaca Al-Qur’an bukan hanya untuk ibadah, tetapi juga untuk dipahami dan diamalkan.
- Mengisi waktu dengan hal bermanfaat – Utsman menggunakan waktunya untuk beribadah daripada melakukan hal yang tidak bermanfaat.
- Menunjukkan bahwa kecintaan pada Al-Qur’an akan mempermudah ibadah – Semakin seseorang mencintai Al-Qur’an, semakin ringan baginya untuk membacanya.
6. Ali bin Abi Thalib: Keikhlasan dalam ibadah
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang dikenal dengan ketakwaannya.
Suatu malam di akhir Ramadhan, beliau berkata:
"Sesungguhnya aku lebih suka mengerjakan shalat dua rakaat dengan penuh kekhusyukan daripada tidur sepanjang malam."
Pelajaran dari kisah Ini:
- Kualitas lebih penting daripada kuantitas – Lebih baik sedikit ibadah tetapi khusyuk daripada banyak tetapi tanpa makna.
- Kesungguhan dalam beribadah – Ali mencontohkan bahwa setiap ibadah harus dilakukan dengan sepenuh hati.
- Menjadikan shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah – Bagi Ali, shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi sarana untuk bermunajat kepada Allah.
Hikayat Nabi dan para sahabat di akhir Ramadhan memberikan banyak pelajaran bagi kita.
Mereka menunjukkan bagaimana seharusnya kita memanfaatkan sisa waktu Ramadhan untuk beribadah dengan penuh kesungguhan.
Dalil hadis dan Al-Qur’an menunjukkan betapa pentingnya ibadah di sepuluh malam terakhir.
Semoga kita semua dapat mengambil inspirasi dari kisah-kisah ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.