Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca

Gerhana Blood Moon Dapat Diamati di Indonesia Lusa, Catat Waktunya!

Gerhana Blood Moon Dapat Diamati di Indonesia Lusa, Catat Waktunya!
Ilustrasi - Penampakan gerhana bulan total di langit Jaifuri, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (8/11/2022). Fenomena astronomis gerhana bulan total tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang di Papua sekitar pukul 18:08 WIT. (Dok. ANTARA).

PEWARTA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa fenomena gerhana bulan total, yang kerap disebut "blood moon," akan dapat diamati dari wilayah Indonesia pada Jumat (14/3/2025). Gerhana ini terjadi ketika bumi sepenuhnya menghalangi cahaya matahari yang menuju bulan, membuat bulan tampak berwarna kemerahan.

Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin, dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu (12/3), menyampaikan bahwa gerhana bulan total akan diawali dengan fase gerhana penumbra pertama yang dimulai pukul 10.57 WIB.

"Nah kita, gerhana tersebut bisa dilihat dari wilayah Indonesia bagian timur, untuk fase gerhana total berakhir dan fase gerhana berakhir," ujar Syrojudin.

Berdasarkan data BMKG, puncak gerhana bulan total ini diperkirakan terjadi pada pukul 13.54 WIB. Untuk wilayah Indonesia bagian timur, puncak gerhana ini terjadi lebih cepat, yakni sekitar pukul 15.52 WIT. Namun, fase puncak ini hanya akan terlihat secara maksimal dari beberapa bagian dunia, seperti Amerika, Afrika bagian barat, Eropa, Asia bagian timur, dan Australia bagian timur.

Meski demikian, masyarakat di Indonesia tetap bisa mengamati beberapa fase gerhana. Di Indonesia bagian timur, fase gerhana total diperkirakan berakhir pada pukul 14.31 WIB (16.31 WIT), sementara fase gerhana penumbra akan berakhir pada pukul 17.00 WIB (19.00 WIT).

Syrojudin juga mengingatkan bahwa meskipun Indonesia tidak dapat melihat puncak gerhana secara penuh, fenomena ini tetap memiliki dampak terhadap lingkungan, salah satunya peningkatan ketinggian air laut yang bisa memicu banjir pesisir atau rob.

“Tetap ada dampak yang menyertainya, tetapi tidak mencapai ketinggian maksimal,” jelasnya.

Gerhana bulan total atau "blood moon" memang kerap menjadi perhatian publik karena tampilannya yang unik. Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena langka ini, BMKG menyarankan untuk mencari lokasi dengan langit yang cerah dan minim polusi cahaya agar pengalaman mengamati gerhana lebih optimal.