BPBD DKI Jakarta Fokus pada Modifikasi Cuaca untuk Antisipasi Hujan Ekstrem
![]() |
BPBD DKI Jakarta fokus pada modifikasi cuaca untuk antisipasi hujan ekstrem. (Dok. BPBD Provinsi DKI Jakarta) |
Jakarta, Pewarta.co.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan bahwa modifikasi cuaca yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertujuan utama untuk menghadapi ancaman hujan ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.
Menurut BPBD, tidak semua awan hujan akan disemai, hanya pada kondisi atmosfer yang diperkirakan dapat menyebabkan bencana.
Michael Sitanggang, Ketua Sub Kelompok Logistik dan Peralatan BPBD DKI Jakarta yang juga juru bicara Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) 2025, menjelaskan bahwa penyemaian awan dilakukan hanya pada situasi yang berisiko tinggi.
"OMC hanya dilaksanakan pada kondisi atmosfer yang diprakirakan akan mengakibatkan bencana, sehingga tidak semua awan hujan akan dilakukan penyemaian," ungkap Michael di Jakarta pada Jumat.
Teknik penyemaian awan untuk mitigasi bencana
Dalam upaya mitigasi, BPBD DKI Jakarta menggunakan teknik penyemaian awan dengan zat higroskopis yang bertujuan mempercepat presipitasi, sehingga hujan bisa terjadi di area yang lebih aman.
Pada misi operasi hari keempat, sebanyak 1,6 ton NaCl digunakan dalam dua kali sorti penerbangan, dengan total jam terbang mencapai 4 jam 20 menit.
"Area semai pada sorti pertama di wilayah Pesisir Ujung Kulon, Perairan Selatan Banten, dan Selat Sunda, sedangkan pada sorti kedua di wilayah Selat Sunda dan sekitar Ujung Kulon," kata Michael.
Sejak dimulai, operasi modifikasi cuaca ini telah dilaksanakan dalam sembilan sorti dengan menggunakan 7,2 ton NaCl food grade dan total jam terbang 20 jam 10 menit.
BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
"Berdasarkan data yang diterima selama 4 hari ke depan, potensi hujan semakin meningkat. Kami meminta masyarakat untuk tetap siaga dan waspada menghadapi potensi perubahan cuaca Jakarta yang perubahannya sangat dinamis," kata Michael Sitanggang.
Kerja sama antar lembaga untuk mitigasi bencana
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara BPBD DKI Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia (RAI).
Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat mengurangi dampak dari hujan ekstrem yang sering kali memicu bencana di ibu kota.
Analisis BMKG: Potensi hujan lebat menjadi perhatian utama
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, mengungkapkan bahwa analisis terbaru menunjukkan potensi hujan lebat dengan intensitas sedang hingga tinggi di beberapa wilayah.
"Analisis kondisi dinamika atmosfer, pada siang hingga dini hari terdapat potensi hujan ringan-sedang dan lebat di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten," jelas Budi.
Budi juga menambahkan bahwa tujuan dari modifikasi cuaca ini adalah untuk mengendalikan curah hujan ekstrem yang dapat menyebabkan kerusakan, terutama di daerah yang rentan terhadap banjir.
"Kami terus mengoptimalkan teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas curah hujan, sehingga potensi curah hujan ekstrem dapat berkurang, terutama di daerah yang rentan terhadap banjir.
Sementara itu, potensi hujan dengan intensitas ringan yang dianggap tidak membahayakan, akan dibiarkan berlangsung secara alami,” tutupnya.