Ketahanan Pangan Indonesia: Transformasi Lahan Tidur oleh TNI AD
![]() |
Ketahanan pangan Indonesia: Transformasi lahan tidur oleh TNI AD. (Dok. TNI AD) |
Purwakarta, Pewarta.co.id – Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mendapatkan mandat langsung dari Presiden Prabowo Subianto untuk berperan aktif dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan lahan tidur agar dapat dimanfaatkan sebagai perkebunan dan lumbung pangan.
Keunggulan TNI AD dalam hal jumlah personel, fasilitas, serta kemampuan bertani yang sudah dimiliki membuat institusi ini menjadi pihak yang tepat untuk mengelola program tersebut.
Bahkan sebelum adanya perintah dari Presiden, Jenderal Maruli bersama jajarannya telah melakukan berbagai inisiatif dalam mengolah lahan-lahan kosong menjadi area produktif.
Selain fokus pada pertanian, Maruli yang dikenal sebagai "Jenderal Air" juga berkontribusi besar dalam penyediaan sumber daya air.
Sejak menjabat sebagai Pangdam Udayana pada tahun 2020, ia telah menciptakan 3.600 titik air yang kini mengairi lebih dari 46.000 hektare sawah di berbagai daerah.
Menengok kebun ketahanan pangan di Purwakarta
Pada awal Februari, tim ANTARA mengunjungi salah satu lokasi proyek ketahanan pangan yang dikelola oleh TNI AD, tepatnya di Desa Gununghejo, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Lahan ini berjarak sekitar dua kilometer dari kantor Koramil 1903 Darangdan.
Perjalanan menuju lokasi menghadirkan tantangan tersendiri.
Jalanan berlumpur akibat hujan membuat perjalanan semakin sulit. Setelah melewati kebun jagung dan jalan menanjak, barulah terlihat lahan pertanian yang telah diolah.
Lahan tersebut berada di perbukitan dengan pemandangan lembah pegunungan serta kota di kejauhan.
Di lokasi ini, terdapat petak-petak lahan yang telah ditata rapi dan ditutupi plastik putih berlubang untuk menanam bibit.
Beberapa petani lokal tampak sibuk mengolah tanah, sementara anggota TNI turut serta dalam proses penanaman cabai.
Lahan ini terdiri dari beberapa tingkatan yang membentang dari atas hingga bawah bukit, dengan total luas sekitar 200 hektare.
Menurut Danramil 1903 Darangdan, Lettu Unang Sunaria, lahan tersebut sebelumnya merupakan area perkebunan karet milik PTPN yang sudah tidak lagi diolah sejak 2018.
Sejak Desember 2024, TNI AD mulai mengelola lahan ini untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian dan kehutanan.
Dalam pengelolaannya, TNI AD melibatkan sebanyak 302 petani lokal dan memberikan mereka pelatihan mengenai teknik bertani yang efektif.
Kini, lahan yang dulunya tidak produktif telah berubah menjadi perkebunan yang menghasilkan aneka sayuran dan buah-buahan.
Dukungan infrastruktur dan pendampingan bagi petani
Agar sistem irigasi berjalan optimal, kebun ini dilengkapi dengan delapan embung berukuran 12x15 meter dengan kedalaman 4 meter.
Embung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan air yang akan dialirkan ke seluruh lahan pertanian.
TNI AD juga menanam berbagai jenis tanaman, seperti alpukat, lengkeng, mangga, durian, manggis, petai, dan sawo.
Sementara itu, untuk tanaman sayur terdapat cabai, tomat, ceri, dan bawang merah.
Menurut Lettu Unang, tanaman sayur diperkirakan akan dipanen sekali dalam setahun, sementara pohon buah-buahan membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun sebelum berbuah.
Menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam keberhasilan program ini, Jenderal Maruli memastikan bahwa petani lokal mendapatkan pendampingan yang memadai.
Oleh karena itu, TNI AD menggandeng Elevarm, sebuah lembaga pendamping pertanian.
Direktur Utama Elevarm, Bayu Syerli, menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya berperan sebagai pendamping, tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas bagi petani, seperti bibit unggul, pupuk, serta pelatihan bercocok tanam.
“Selama mendampingi pengelolaan lahan ini, sudah banyak manfaat yang dirasakan warga sekitar.
Salah satunya adalah terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat,” ujar Bayu.
Setidaknya 302 petani kini terlibat dalam pengelolaan lahan ini, dan jumlah tenaga kerja diperkirakan akan bertambah seiring dengan meningkatnya hasil panen.
Nantinya, masyarakat juga akan terlibat dalam pengemasan serta distribusi hasil pertanian.
Selain itu, Elevarm turut membantu petani dalam mencari permodalan serta memastikan harga jual yang layak di pasaran.
Hal ini dilakukan agar petani tidak dirugikan oleh tengkulak yang kerap memainkan harga.
Bayu menambahkan bahwa program ini juga mendukung kebijakan pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi gratis bagi masyarakat.
Petani bersyukur atas program ketahanan pangan
Para petani yang terlibat dalam program ini mengaku merasakan dampak positif dari inisiatif TNI AD.
Ketua Kelompok Kerja Tani, Asep D’ai, menyatakan rasa syukur atas adanya pendampingan pertanian yang diberikan oleh TNI.
"Alhamdulillah, yang diarahkan oleh Pak Jenderal Maruli sangat dimengerti oleh masyarakat, dan itu yang didambakan selama bertahun-tahun.
Kami butuh pembimbing dalam hal bagaimana tanaman ini tertata rapi," kata Asep.
Ia mengungkapkan bahwa sebelum adanya program ini, petani lokal masih menggunakan metode bertani yang kurang efektif.
Namun kini, mereka mendapatkan pengetahuan baru mulai dari teknik bercocok tanam, pemilihan bibit, hingga pemasaran hasil pertanian.
Asep berharap pemerintah terus mendukung upaya pengelolaan lahan tidur agar semakin banyak daerah yang bisa diberdayakan untuk ketahanan pangan nasional.
Program ketahanan pangan yang digagas oleh TNI AD di bawah kepemimpinan Jenderal Maruli Simanjuntak telah membawa manfaat besar bagi masyarakat, terutama petani lokal.
Dengan mengolah lahan tidur menjadi perkebunan produktif, program ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan nasional tetapi juga membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Elevarm, semakin memperkuat keberhasilan program ini.
Dengan pendekatan yang berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat, diharapkan program ini dapat menjadi model dalam pengelolaan ketahanan pangan di berbagai daerah lainnya di Indonesia.