Bank Mandiri Optimistis Pertumbuhan DPK Dapat Menopang Kebutuhan Likuiditas
![]() |
Bank Mandiri optimistis pertumbuhan DPK dapat menopang kebutuhan likuiditas. (Dok. Bank Mandiri) |
Jakarta, Pewarta.co.id – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tetap optimistis bahwa pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mampu menopang kebutuhan likuiditas dan mendukung ekspansi bisnis di masa mendatang.
Meskipun tantangan likuiditas masih akan berlanjut, perseroan terus memantau kondisi pasar dan menyesuaikan strategi pendanaan secara taktis sesuai kebutuhan.
Strategi Bank Mandiri dalam menjaga likuiditas
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo, menyatakan bahwa meskipun kondisi likuiditas masih menghadapi tantangan, pihaknya yakin bahwa pertumbuhan DPK akan tetap mampu mendukung stabilitas keuangan bank.
"Namun demikian, kami juga terus monitor kondisi likuiditas dan juga menyesuaikan strategi pendanaan yang secara taktis kalau kita perlukan," ujar Sigit dalam Konferensi Pers Virtual Paparan Kinerja Kuartal IV 2024 Bank Mandiri, Rabu.
Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan DPK di atas rata-rata industri, sekaligus menjaga agar pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan posisi likuiditas tetap berada pada tingkat yang optimal.
Selain itu, Bank Mandiri juga berfokus pada peningkatan CASA (Current Account Savings Account) transaksional dengan mendorong transaksi nasabah, baik wholesale maupun retail.
"Selain itu, kami akan fokus pada CASA transaksional dengan mendorong transaksi nasabah, baik wholesale maupun retail, untuk menjaga cost of fund (CoF) yang tetap rendah terutama melalui strategi pertumbuhan yang berbasis ekosistem dan juga optimalisasi dari digital platform yang kami miliki, Livin’ dan Kopra," tambah Sigit.
Kinerja DPK dan CASA Bank Mandiri
Hingga akhir 2024, DPK Bank Mandiri mencapai Rp1.699 triliun, mengalami pertumbuhan 7,73 persen year on year (yoy). Dari total DPK tersebut, CASA menyumbang 80,3 persen, mencerminkan dominasi dana murah dalam struktur pendanaan bank.
Pertumbuhan CASA didorong oleh kenaikan tabungan sebesar 13,4 persen yoy menjadi Rp665 triliun, serta giro yang tumbuh 3,6 persen yoy menjadi Rp606 triliun.
Untuk memperkuat likuiditas, Bank Mandiri juga memiliki opsi pendanaan non-DPK seperti transaksi bilateral dan penerbitan surat utang.
Saat ini, bank masih memiliki sisa plafon penerbitan Green Bond Berkelanjutan I sebesar Rp5 triliun dari total plafon yang sudah dimiliki sebesar Rp10 triliun.
Selain itu, terdapat sisa plafon untuk Euro Medium Term Notes (EMTN) sebesar 2,9 miliar dolar AS dari total plafon 4 miliar dolar AS.
Tantangan dan prospek 2025
Selain menghadapi ketatnya likuiditas, Bank Mandiri juga mengantisipasi tantangan lainnya pada tahun ini, termasuk penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan akan terus berlanjut.
Namun demikian, Bank Mandiri tetap optimistis dengan strategi penghimpunan DPK dan penyaluran kredit yang akan dilakukan secara seimbang dan berkelanjutan.
Perseroan juga menargetkan untuk menjaga net interest margin (NIM) tetap stabil, sebagai indikator profitabilitas yang sehat.
Dari sisi kinerja, Sigit memperkirakan bahwa laba Bank Mandiri akan tetap tumbuh positif pada 2025, dengan fokus pada keseimbangan antara ekspansi bisnis yang sehat dan profitabilitas yang terjaga.
Sepanjang tahun 2024, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp55,8 triliun, meningkat 1,31 persen yoy dibandingkan tahun sebelumnya.
Indikator profitabilitas juga menunjukkan hasil yang solid, di mana return on equity (ROE) tier-1 (bank only) mencapai 24,2 persen.
Sementara itu, rasio permodalan (CAR) Bank Mandiri tercatat di level 20,1 persen, menunjukkan bahwa bank memiliki basis permodalan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis ke depan.
Dengan berbagai strategi yang telah disiapkan, Bank Mandiri optimistis dapat menghadapi dinamika ekonomi yang terus berkembang, sekaligus memastikan keberlanjutan pertumbuhan yang sehat dan stabil di tahun mendatang.