Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca

Wamenkominfo: Agentic AI Awali Era Baru Kecerdasan Buatan pada 2025

Wamenkominfo: Agentic AI Awali Era Baru Kecerdasan Buatan pada 2025
Wamenkominfo: Agentic AI awali era baru kecerdasan buatan pada 2025. (Dok. ANTARA)

Jakarta, Pewarta.co.id – Wakil
Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, menyatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi awal dari era baru dalam perkembangan kecerdasan buatan, yakni hadirnya agentic AI, teknologi yang diklaim mampu berpikir dan mengambil keputusan secara mandiri.

“Apa itu agentic AI? Itu satu sistem kecerdasan buatan (AI) yang bisa melakukan ‘reasoning’ sendiri. Lalu membuat ‘decision making’ sendiri secara otomatis,” ujar Nezar dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, agentic AI merupakan hasil penggabungan teknologi AI generatif seperti machine learning dan deep learning ke dalam satu sistem yang dirancang untuk tugas tertentu.

Teknologi ini tengah dikembangkan oleh berbagai perusahaan global dan diperkirakan akan segera hadir dalam berbagai produk yang memberikan dampak signifikan.

Kemampuan Agentic AI dalam kehidupan sehari-hari

Nezar menjelaskan bahwa agentic AI dapat digunakan dalam berbagai skenario, mulai dari asisten pribadi hingga penciptaan karya seni.

Teknologi ini mampu membantu menyusun agenda, mengirim surat, hingga memberikan rekomendasi makanan yang sesuai kebutuhan kesehatan seseorang.

“Misalnya saya mau melukis dengan gaya Van Gogh. Dia akan membantu kita untuk mencari di mana kita bisa melukiskan Van Gogh. Lalu dia style-nya dia kasih tahu, sampai kemudian dia bisa membantu memilihkan kita warna cat apa saja yang dipakai oleh Van Gogh untuk di lukisan,” jelasnya.

Tantangan dan peluang di dunia kerja

Namun, Nezar juga mengingatkan bahwa perkembangan agentic AI akan membawa tantangan besar, terutama dalam sektor tenaga kerja.

Banyak jenis pekerjaan diprediksi tergantikan oleh kemampuan AI ini. Oleh karena itu, generasi muda dan kelas pekerja produktif perlu memahami cara kerja teknologi ini untuk tetap relevan di masa depan.

“Saya kira perlu sekali untuk mencermati secara fundamental bagaimana sih sebenarnya cara kerja AI ini. Itu yang pertama buat Gen Z kita ini, buat kelas pekerja produktif kita ini,” katanya.

Peran pemerintah dalam mengatur Agentic AI

Dalam menghadapi perkembangan AI yang pesat, Nezar menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengatur dan mengelola dampaknya melalui regulasi yang tepat.

“Kita coba membuat satu regulasi yang kira-kira bersifat horizontal. Dalam artian kita set values-nya, fundamental values yang harus diperlukan oleh para developer, deployer, dan juga pengguna AI ini,” ujarnya.

Regulasi ini, lanjutnya, juga perlu diadopsi secara vertikal di sektor-sektor strategis seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan keuangan untuk memastikan pemanfaatan AI berjalan sesuai nilai-nilai etis dan keberlanjutan.

Dengan pendekatan regulasi yang fleksibel namun berbasis nilai etis, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan peluang dari teknologi agentic AI sekaligus mengatasi berbagai tantangan yang muncul.

Langkah ini penting untuk mendukung kemajuan sektor-sektor strategis sekaligus memastikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat.