Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Cadangan Pangan dan Energi Patut Didukung

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Cadangan Pangan dan Energi Patut Didukung
Pemanfaatan hutan sebagai lahan cadangan pangan dan energi patut didukung. (Dok. ANTARA)

Jakarta, Pewarta.co.id – Ketua Umum Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Petani Indonesia, Ton Abdillah Has, menyatakan dukungannya terhadap rencana pemerintah memanfaatkan hutan sebagai lahan untuk cadangan pangan, energi, dan air. Ia menilai langkah ini strategis dalam menghadapi ancaman krisis global.

“Problem utama banyak negara saat ini adalah pangan dan energi, termasuk Indonesia. Harga komoditas pangan dan energi terus meningkat dalam dua dekade terakhir, dan sejumlah lembaga internasional memperingatkan ancaman krisis dalam waktu dekat. Program ini harus berhasil,” kata Ton dalam keterangan tertulis, Senin (19/1/2025).

Sinergi ketahanan pangan dan pemulihan hutan

Ton menilai program ketahanan pangan dan energi yang diusung Presiden Prabowo dapat bersinergi dengan upaya pemulihan hutan.

Meskipun Indonesia memiliki hutan yang luas, banyak kawasan hutan kritis akibat ekspansi perkebunan, tambang, dan pembukaan lahan sejak era reformasi.

“Pemerintah perlu memetakan ulang hutan yang tersisa dan mensinergikan program cadangan pangan dan energi dengan rehabilitasi hutan kritis,” ujarnya.

Belajar dari Brasil

Ton mengusulkan agar Indonesia belajar dari keberhasilan Brasil di era Presiden Lula da Silva. Brasil berhasil meningkatkan ekonomi pedesaan dengan menanam tanaman pangan dan energi di hutan Amazon yang kritis.

“Indonesia bisa mencontoh Brasil yang mencetak banyak orang kaya baru di pedesaan melalui pengembangan tanaman seperti aren dan tanaman hutan lainnya, serta menjadi produsen etanol terbesar dunia. Selain itu, tanaman seperti tebu dan jagung juga bisa dioptimalkan di lahan pertanian,” jelasnya.

Dukungan untuk visi strategis

Ia meminta pemerintah serius merealisasikan visi besar ini dengan melibatkan lintas sektor, ahli pertanian dan kehutanan, NGO, serta masyarakat.

Program ini dinilai sebagai strategi ekonomi yang dapat mempercepat pemulihan hutan sambil mendukung ketahanan pangan dan energi.

Sementara itu, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengungkapkan bahwa sekitar 20 juta hektare hutan telah diidentifikasi sebagai kawasan potensial untuk cadangan pangan, energi, dan air.

“Ide ini bukan untuk deforestasi, tetapi untuk melindungi hutan sembari memastikan swasembada pangan dan energi tetap berjalan,” ujar Menhut.