Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca

PBB Dorong Pemangkasan Subsidi Bahan Bakar Fosil untuk Mendukung Transisi Energi

PBB Dorong Pemangkasan Subsidi Bahan Bakar Fosil untuk Mendukung Transisi Energi
Aktivis perubahan iklim menggantungkan spanduk di Tower Bridge saat aksi melawan krisis iklim di London, Inggris, Jumat (8/4/2022). Aksi protes tersebut menuntut dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil. (Dok. ANTARA).

PEWARTA.CO.ID - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyerukan kepada seluruh negara untuk mengurangi subsidi bahan bakar fosil dan mengalihkan anggaran tersebut ke proyek-proyek transisi energi.

Seruan ini disampaikan dalam pembukaan Sidang Majelis Umum ke-15 Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Minggu (12/1/2025).

"Pemerintah, masyarakat sipil, pengusaha, dan lain-lain harus bekerja sama untuk mendukung transisi energi, termasuk mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke investasi dalam transisi energi," ujar Guterres dalam pidatonya.

Sidang IRENA kali ini difokuskan pada upaya mempercepat transisi energi global, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan seperti konflik di Timur Tengah yang mengancam ketahanan energi dan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

Guterres juga mengingatkan bahwa transisi energi harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip keadilan, terutama bagi kelompok masyarakat yang terdampak, seperti pekerja dan komunitas lokal.

Ia menekankan bahwa meski implementasi energi terbarukan menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan biaya yang terus menurun, masih terdapat kesenjangan besar antara negara maju dan negara berkembang dalam proses transisi energi ini.

Menurut Guterres, negara-negara berkembang menghadapi tantangan besar dalam transisi energi, terutama karena keterbatasan pembiayaan. Sejak 2016, negara-negara berkembang hanya menerima satu dari lima dolar AS dari total investasi global di sektor energi bersih.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, ia mengusulkan beberapa langkah strategis, seperti:

  1. Meningkatkan kapasitas pinjaman dari Bank Pembangunan Multilateral.
  2. Memperluas pembiayaan konsesi.
  3. Mengambil langkah-langkah nyata dalam menangani beban utang negara berkembang.

"Kita juga membutuhkan harga karbon yang efektif dan inovasi-inovasi sumber pembiayaan," tambah Guterres.

Meskipun tantangan masih ada, Guterres optimis bahwa dunia sedang menuju era energi bersih. Ia menyatakan bahwa transisi energi tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga peluang besar untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Sidang ini diharapkan dapat menghasilkan komitmen nyata dari negara-negara anggota IRENA untuk mempercepat adopsi energi terbarukan dan mengatasi tantangan global yang menghalangi keberhasilan transisi energi.