Pakar: Kualitas Protein Ditentukan oleh Kemampuan Tubuh Menyerap Asam Amino
Perkecil teks
Perbesar teks
Pakar: Kualitas protein ditentukan oleh kemampuan tubuh menyerap asam amino. (Dok. Ist) |
Jakarta, Pewarta.co.id – Pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Epi Taufik, S.Pt., M.V.P.H., M.Si., menegaskan bahwa kualitas protein tidak hanya bergantung pada jumlahnya, tetapi juga pada seberapa baik tubuh mampu menyerap asam amino yang dikandungnya.
“Yang nyusun protein itu kan asam amino. Asam amino itu ada yang tidak bisa tubuh kita itu buat, maka disebut asam amino esensial, dari sisi itu yang mengandung paling balik dan lengkap asam amino esensial itu protein hewan,” ujar Prof. Epi, yang juga Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu Fakultas Peternakan, dalam diskusi di acara Zona Main So Nice di Jakarta, Jumat.
Penilaian kualitas protein melalui skor keterserapan
Menurut Prof. Epi, kemampuan tubuh dalam menyerap asam amino dari sumber protein dapat diukur menggunakan dua metode utama, yaitu Protein Digestibility-Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) dan Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS).
Ia menjelaskan bahwa sumber protein hewani seperti daging ayam, daging sapi, telur, dan salmon memiliki skor DIAAS di atas 100.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan asam amino dalam makanan tersebut sangat mudah diserap oleh tubuh untuk kebutuhan perbaikan jaringan serta sebagai zat pembangun.
Namun, bukan berarti protein nabati seperti yang terdapat dalam sayuran dan kacang-kacangan tidak berkualitas. Hanya saja, protein nabati tidak selalu dapat dicerna sepenuhnya oleh tubuh.
Oleh karena itu, protein hewani dibutuhkan sebagai pelengkap guna menghindari kekurangan nutrisi, seperti vitamin B12.
“Dari sisi asam amino yang digunakan tubuh, protein hewani lebih baik dari sisi keterserapan ke tubuh. Kacang almond hanya 40 persen digunakan tubuh,” kata Prof. Epi.
Pentingnya edukasi dan pemenuhan asupan protein
Sebagai anggota Tim Pakar Badan Gizi Nasional (BGN), Prof. Epi menyoroti tantangan dalam memberikan edukasi kepada anak-anak mengenai pentingnya konsumsi protein hewani.
Ia juga mengingatkan agar anak-anak tidak terlalu banyak mengonsumsi jajanan yang mengandung bahan tambahan tidak sehat.
Berdasarkan kebutuhan gizi yang direkomendasikan, anak usia sekolah antara 7 hingga 9 tahun membutuhkan sekitar 40 gram protein per hari.
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan protein juga meningkat, bahkan bisa mencapai 70 gram per hari.
Sayangnya, konsumsi protein hewani di Indonesia masih tergolong rendah. Data dari Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) tahun 2023 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi protein hewani di Indonesia hanya sekitar 29,76 gram per hari.
“Nah ini kan masalah ketersediaan, dan selain ketersediaan adalah keterjangkauan. Jadi, di situlah pentingnya kenapa ada program Makan Bergizi Gratis, masih banyak anak-anak kita, orang tua kita yang belum mampu membeli makan bergizi,” jelas Prof. Epi.
Kualitas protein sangat bergantung pada kandungan asam amino esensial dan tingkat penyerapannya oleh tubuh.
Protein hewani memiliki keunggulan dalam hal ini dibandingkan protein nabati, sehingga konsumsi yang seimbang sangat penting untuk mencegah kekurangan gizi.
Dengan adanya program seperti Makan Bergizi Gratis, diharapkan masyarakat yang kurang mampu tetap mendapatkan asupan protein yang cukup guna mendukung pertumbuhan dan kesehatan mereka.