Kisah Inspiratif Pedagang Bakso: Membangun Jalan dan Harapan di Kampung Halaman
Kisah inspiratif pedagang bakso: Membangun jalan dan harapan di kampung halaman. (Dok. ANTARA) |
Batam, Pewarta.co.id – Nama Sam Ferry, pemilik usaha Bakso Gunung di Kota Batam, Kepulauan Riau, mencuri perhatian publik di penghujung 2024.
Sosok pria kelahiran Desa Bale Asri, Malang, Jawa Timur ini dikenal tidak hanya sebagai pengusaha sukses, tetapi juga karena dedikasi sosialnya dalam membangun infrastruktur di kampung halamannya.
Salah satu kontribusi paling mencolok adalah pembangunan jalan sepanjang 1,5 km dengan lebar 6 meter di Dusun Segelan.
Proyek yang dimulai sejak 2017 ini dibiayai sepenuhnya oleh Ferry dengan dukungan kerja bakti warga setempat. Jalan tersebut kini mulus bak jalan tol, menjadi solusi atas jalan rusak yang sebelumnya menyulitkan mobilitas warga.
Ferry bahkan berkomitmen untuk memperpanjang pembangunan hingga mencapai total 5,5 km.
“Saya tidak ingin menyebutkan jumlah uang yang sudah saya keluarkan untuk proyek ini. Yang pasti, ini adalah bagian dari ibadah saya,” ujar Ferry saat ditemui di rumahnya di Batam.
Dedikasi untuk kampung halaman
Keprihatinan Ferry bermula dari kondisi kampung halamannya yang tertinggal, dengan jalan rusak yang belum pernah tersentuh aspal sejak 2016.
Setelah merantau selama puluhan tahun, Ferry merasa terpanggil untuk membawa perubahan nyata ke tanah kelahirannya.
Tak hanya jalan, pria yang bernama asli Suwadi ini bersama istrinya, Sri Asmani, juga telah membangun berbagai fasilitas umum, termasuk masjid dan lapangan sepak bola.
Meski warga setempat menyarankan Ferry untuk maju sebagai calon bupati, ia menegaskan bahwa kontribusinya semata-mata untuk ibadah.
“Niatnya ibadah, lillahi ta’ala. Karena awalnya (niat) kemana saya menyalurkan sedekah saya,” jelasnya.
Perjalanan hidup yang menginspirasi
Kesuksesan Ferry saat ini tidak diraih dengan mudah. Lahir sebagai anak petani miskin dengan enam saudara, Ferry tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SMA.
Di usia 16 tahun, ia mulai bekerja sebagai buruh cangkul dengan upah Rp700 per hari.
Kesempatan pertama datang ketika seorang teman mengajaknya bekerja sebagai penjual bakso pikul di Kuningan, Jawa Barat.
“Saya suka pekerjaan ini karena penghasilannya jauh lebih besar dibanding menjadi buruh cangkul. Dari upah jualan bakso pikul, sehari saya bisa mendapatkan Rp3.000,” kenangnya.
Perjalanan hidup membawanya ke Bali, di mana ia mulai berjualan bakso gerobak di kawasan Jimbaran dan Nusa Dua.
Di sana, ia meraih pendapatan lebih besar, cukup untuk menabung dan mengumpulkan modal usaha.
“Di Bali kan banyak perantau juga, orang-orang Jawa juga banyak. Apalagi penjual bakso tak banyak di sana,” katanya penuh semangat.
Kesuksesan bisnis bakso gunung
Mengandalkan pengalaman bertahun-tahun di industri kuliner, Ferry mendirikan Bakso Gunung di Batam.
Usaha ini kini memiliki delapan cabang, dengan tujuh ruko milik sendiri dan satu ruko sewaan.
Tahun ini, ia berencana membuka cabang kesembilan di Sekupang dengan membeli ruko tanpa berutang.
Istrinya, Sri Asmani, memuji kerja keras dan ketekunan suaminya. “Dia selalu fokus pada tujuan hidupnya. Dia ingin anak-anaknya hidup lebih baik dari apa yang pernah ia alami,” ungkapnya.
Kisah hidup Sam Ferry menjadi bukti bahwa kerja keras, kegigihan, dan niat baik dapat mengubah kehidupan.
Lebih dari sekadar pengusaha sukses, ia adalah sosok inspiratif yang tidak lupa berbagi kepada sesama, menjadikan ibadah sebagai landasan utama dari semua pencapaiannya.