BPBD Bojonegoro Evakuasi Bangkai Sapi di Bendung Gerak Bengawan Solo
Tim BPBD Bojonegoro mengevakuasi bangkai sapi yang ditemukan di Bendung Gerak SUngai Bengawan Solo. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Tim gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Basarnas Pos Bojonegoro, serta TNI dan Polri, berhasil mengevakuasi beberapa bangkai sapi yang tersangkut di pintu air Bendung Gerak Sungai Bengawan Solo, Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, pada Sabtu (11/1/2025) siang.
Bangkai sapi tersebut ditemukan di antara tumpukan sampah berupa ranting kayu dan tanaman. Proses evakuasi cukup menantang karena lokasi yang sulit dijangkau dan kondisi bangkai yang mulai membusuk.
“Kami mendapat laporan dari pihak Kecamatan Trucuk untuk kemudian dievakuasi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny, dikutip Beritajatim.com.
Dari enam bangkai sapi yang ditemukan, tim hanya berhasil mengevakuasi dua ekor. Sisanya, yakni empat bangkai lainnya, sudah dalam kondisi rusak parah sehingga tidak memungkinkan untuk diangkat.
“Penguburan bangkai-bangkai sapi itu kami serahkan ke pihak Kecamatan Trucuk yang rencananya berkoordinasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Bengawan Solo, karena itu wilayah BBWS,” jelas Aeny.
Setelah berhasil dievakuasi, bangkai sapi tersebut dikuburkan sesuai prosedur oleh pihak Kecamatan Trucuk dengan pengawasan terkait.
Hingga kini, pihak berwenang belum dapat memastikan siapa yang membuang bangkai sapi ke Sungai Bengawan Solo, maupun penyebab pasti kematiannya. Dugaan sementara menyebutkan bahwa sapi-sapi tersebut mungkin terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
“Tadi dokter hewan juga sudah mengambil sampel guna dilakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah bangkai sapi tersebut terjangkit PMK atau tidak,” tambah Aeny.
Disadur dari sumber yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro, drh Luthfi Nurrahman, menjelaskan bahwa penanganan insiden ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Disnakkan, BPBD, Basarnas, TNI-Polri, dan Kecamatan Trucuk.
“Di Bojonegoro, kondisi PMK masih dalam gejala klinis (suspek PMK) dan hasil laboratorium masih negatif,” ujar drh Luthfi saat dimintai keterangan mengenai situasi terkini.