Angka Stunting di Indonesia Sampai di Tahun 2024, Tren Kasus Menurun Tapi Masih Jauh dari Target
Ilustrasi. Angka kasus stunting di Indonesia sampai di tahun 2024. (Dok. Pewarta) |
PEWARTA.CO.ID - Stunting merupakan masalah gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan standar usianya.
Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif dan kesehatan jangka panjang anak.
Di Indonesia, stunting masih menjadi tantangan serius meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensinya.
Perkembangan angka stunting di Indonesia
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia menunjukkan tren penurunan.
Pada tahun 2021, angka stunting mencapai 24,4%, kemudian menurun menjadi 21,6% pada tahun 2022.
Meskipun demikian, angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu 14% pada tahun 2024.
Faktor penyebab stunting
Penyebab stunting karena adanya berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain:
Asupan gizi yang tidak memadai: Kekurangan asupan nutrisi penting seperti protein, zat besi, dan vitamin selama masa kehamilan dan masa pertumbuhan anak dapat menghambat pertumbuhan optimal.
Sanitasi dan kebersihan yang buruk: Lingkungan yang tidak higienis meningkatkan risiko infeksi, yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Akses terbatas ke layanan kesehatan: Kurangnya akses ke layanan kesehatan berkualitas menghambat deteksi dini dan penanganan masalah gizi pada ibu hamil dan anak.
Pendidikan dan pengetahuan gizi yang rendah: Kurangnya pengetahuan orangtua tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makan yang benar berkontribusi pada tingginya angka stunting. Banyak contoh makanan bergizi yang bisa dikonsumsi guna meminimalisir kemungkinan terjadinya stunting pada anak.
Dampak stunting pada anak
Stunting memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap anak, antara lain:
Perkembangan kognitif terhambat: Anak stunting cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah, yang dapat mempengaruhi prestasi akademis dan produktivitas di masa depan.
Kerentanan terhadap penyakit: Sistem imun yang lemah membuat anak lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit kronis.
Risiko penyakit tidak menular: Stunting meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan hipertensi di masa dewasa.
Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai program untuk menurunkan angka stunting, di antaranya:
- Program gizi spesifik dan sensitif: Kementerian Kesehatan memfokuskan pada 11 program intervensi spesifik yang diarahkan pada dua fase pertumbuhan, yaitu fase ibu hamil dan fase bayi usia 0-24 bulan. Program ini mencakup suplementasi gizi, pemantauan pertumbuhan, dan edukasi gizi.
- Survei Status Gizi Indonesia (SSGI): SSGI dilaksanakan untuk memantau prevalensi stunting dan indikator gizi lainnya, serta mengevaluasi efektivitas program yang telah berjalan. Data dari survei ini digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan.
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT): Program ini menyediakan makanan bergizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita untuk mencegah dan mengatasi kekurangan gizi.
- Kampanye edukasi gizi: Pemerintah bersama berbagai pihak melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makan yang baik.
Orang tua memiliki peran krusial dalam memastikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemberian ASI eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
- Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat: Setelah 6 bulan, berikan MP-ASI yang bergizi seimbang, kaya akan protein, vitamin, dan mineral.
- Pemantauan pertumbuhan secara rutin: Bawa anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan secara berkala.
- Peningkatan pengetahuan gizi: Orang tua perlu aktif mencari informasi dan edukasi tentang gizi anak melalui berbagai sumber yang terpercaya.
- Menjaga kebersihan lingkungan: Pastikan lingkungan tempat tinggal bersih dan higienis untuk mencegah infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan anak.
Penanganan stunting di Indonesia memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat.
Misalnya, perusahaan swasta dapat berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang fokus pada peningkatan gizi masyarakat.
Selain itu, organisasi non-pemerintah dapat membantu dalam edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait gizi dan kesehatan.