Risiko Berolahraga Saat Menjalani Perawatan Kesuburan
Ilustrasi. Wanita hamil berolahraga. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Perawatan kesuburan, seperti program bayi tabung (IVF), membutuhkan perhatian ekstra terhadap aktivitas fisik.
Beberapa ahli medis menyarankan untuk menghindari olahraga berat selama periode ini karena potensi risiko kesehatan yang dapat terjadi.
Menurut laporan Popsugar, sebagaimana dilansir Pafikabjembrana.org, pada Selasa (24/12/2024), Dr. Rhiana Saunders, seorang ahli endokrinologi reproduksi bersertifikat dan spesialis infertilitas dari Aspire Houston Fertility Institute, menyatakan bahwa olahraga berat dan gerakan memutar yang membebani otot perut sebaiknya dihindari selama seminggu sebelum dan sesudah prosedur pengambilan sel telur.
"Selama waktu ini, ovarium sering kali sangat terstimulasi dan membesar, yang dapat membuat seseorang berisiko mengalami torsi ovarium (kondisi yang tidak umum tetapi serius yang menyebabkan ovarium dan terkadang tuba falopi terpelintir pada jaringan yang menopangnya)," jelas Dr. Saunders.
Latihan yang disarankan selama perawatan
Dr. Saunders merekomendasikan latihan berdampak rendah seperti yoga tanpa posisi inversi, tai chi, peregangan, dan berjalan santai beberapa kali dalam seminggu.
Namun, ia menekankan bahwa kebutuhan setiap individu berbeda, sehingga beberapa orang mungkin memerlukan penghentian total aktivitas fisik bergantung pada kondisi tubuh mereka.
Ahli lainnya, Dr. Anate Brauer dari RMA New York, menambahkan bahwa efek samping seperti kembung, kelelahan, dan ketidaknyamanan umum setelah prosedur dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berolahraga.
"Langkah pertama untuk IVF dan pembekuan sel telur adalah stimulasi ovarium, yang mengakibatkan pertumbuhan beberapa folikel yang menampung sel telur. Saat ovarium membesar, mereka juga menjadi lebih berat, yang meningkatkan risiko ovarium terpelintir dan memutus suplai darahnya sendiri," ungkap Dr. Brauer.
Risiko memulai olahraga baru saat perawatan
Dr. Saunders juga menyarankan agar individu yang tidak terbiasa berolahraga sebaiknya tidak memulai rutinitas latihan baru saat menjalani perawatan kesuburan.
Menurutnya, latihan baru dapat menyebabkan nyeri otot akibat penumpukan asam laktat, yang berpotensi memicu peradangan dan memberikan tekanan tambahan pada tubuh.
"Respons pasien terhadap obat stimulasi dipantau secara ketat selama perawatan, jadi jika seseorang diketahui memiliki kista ovarium atau hiperstimulasi (respons berlebihan terhadap hormon berlebih yang dapat menyebabkan ovarium membengkak), dokter mungkin menyarankan olahraga berdampak sangat rendah, seperti berjalan, atau mungkin tidak berolahraga sama sekali," tambahnya.
Olahraga dan pengelolaan stres
Meskipun olahraga berat tidak disarankan, aktivitas fisik ringan dapat memberikan manfaat besar dalam mengelola stres. Dr. Saunders menekankan bahwa mengelola stres adalah bagian penting dari perawatan kesuburan.
"Olahraga diketahui dapat mengurangi tingkat stres," ujarnya.
Dr. Brauer turut mendukung pernyataan ini, menjelaskan bahwa olahraga dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan produksi endorfin, yang pada akhirnya membantu suasana hati dan mendorong relaksasi.
"Olahraga ringan seperti berjalan, bersepeda, dan berenang adalah cara yang hebat untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengatur kadar hormon, karena keduanya sangat terpengaruh selama perawatan," jelas Dr. Brauer.
Berolahraga selama menjalani perawatan kesuburan harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai anjuran dokter. Aktivitas ringan yang aman dapat membantu mengelola stres dan mendukung keseimbangan hormonal, tetapi penting untuk selalu memperhatikan kondisi tubuh dan berkonsultasi dengan ahli medis sebelum melakukan aktivitas fisik apa pun.