Gim dan Kreator Konten Dinilai Bisa Tingkatkan Pendapatan Negara
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya berfoto bersama jajaran Kementerian Ekonomi Kreatif dalam Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2024 di Jakarta, Jumat (20/12). --Dok. ANTARA |
JAKARTA, PEWARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan bahwa sektor gim dan kreator konten memiliki peluang besar untuk meningkatkan pendapatan negara secara signifikan pada tahun 2025.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, mengungkapkan bahwa prioritas dalam pengembangan sub-sektor ekonomi kreatif telah diarahkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Kuliner, kriya, dan fesyen tetap menjadi sub-sektor terbesar. Namun, ada beberapa sektor lain yang kini menjadi fokus utama kita,” ujarnya dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2024 di Jakarta, Jumat (20/12/2024), dikutip dari ANTARA.
Sub-sektor baru yang menjanjikan
Riefky menjelaskan bahwa sub-sektor seperti film, animasi, dan video gim kini berkembang pesat dan membutuhkan perhatian khusus.
Perkembangan tersebut, menurutnya, mencerminkan perubahan signifikan dalam preferensi masyarakat yang semakin mengarah pada produk-produk digital dan hiburan interaktif.
Senada dengan Riefky, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Irene Umar, juga menyoroti pentingnya perhatian pada sub-sektor digital, khususnya kreator konten. Dalam kategori ini, terdapat berbagai profesi baru seperti pemengaruh (influencer) dan V-Tuber, yang saat ini semakin diminati di masyarakat.
“V-Tuber itu kalau di Jepang sudah menjadi industri besar, sedangkan penghargaan V-Tuber di Indonesia baru bulan lalu digelar untuk pertama kalinya,” ujar Irene.
Irene juga menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) yang kian berkembang dan memberikan dampak signifikan terhadap sektor kreatif. Menurutnya, teknologi ini akan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan sub-sektor ekonomi kreatif di masa depan.
Strategi pemerintah untuk sub-sektor baru
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, Irene menekankan perlunya pemetaan yang komprehensif terhadap ekosistem ekonomi kreatif.
Pendekatan ini tidak hanya melibatkan pengumpulan data mengenai potensi sektor, tetapi juga implementasi kebijakan berbasis data yang mendukung pertumbuhan sub-sektor baru tersebut.
“Jadi untuk tahun depan dari 17 sub-sektor ekonomi kreatif yang plus-plus itu, ada banyak sekali input baru yang harus diimplementasikan, berbasis data, dan kita akan mempertahankan kekuatan ekonomi yang sudah dilakukan dari 10 tahunan,” jelas Irene.
Pembagian sub-sektor ekonomi kreatif
Kemenparekraf membagi 17 sub-sektor ekonomi kreatif ke dalam empat bidang utama:
- Kreativitas budaya: meliputi kuliner, kriya, fesyen, seni rupa, dan seni pertunjukan.
- Kreativitas digital dan Teknologi: mencakup gim dan aplikasi.
- Kreativitas desain: termasuk arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, dan desain produk.
- Kreativitas media: mencakup film, animasi, video, periklanan, televisi dan radio, musik, penerbitan, serta fotografi.
Dengan berbagai potensi baru ini, pemerintah berharap sektor ekonomi kreatif dapat terus menjadi tulang punggung perekonomian nasional sekaligus membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat.