WARTA UPDATE

Faktor Pemicu Tindakan Ekstrem pada Remaja Menurut Psikolog

Faktor Pemicu Tindakan Ekstrem pada Remaja Menurut Psikolog
Paparan berlebihan terhadap konten kekerasan dari media hiburan merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi remaja untuk melakukan tindakan impulsif. (Dok. Pexels)

PEWARTA.CO.ID - Psikolog klinis A. Kasandra Putranto mengungkapkan beberapa faktor utama yang dapat mendorong remaja melakukan tindakan ekstrem, terutama saat menghadapi tekanan hidup. Faktor tersebut mencakup gangguan kesehatan mental, konflik dalam keluarga, dan tekanan sosial.

“Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang, terutama remaja, melakukan tindakan ekstrem seperti itu meliputi gangguan kesehatan mental, masalah dalam keluarga, dan tekanan sosial,” ujar Kasandra, psikolog lulusan Universitas Indonesia, dalam wawancara di Jakarta, Senin (2/12/2024).

Pernyataan ini disampaikan terkait insiden tragis di Cilandak, Jakarta Selatan, di mana seorang remaja berusia 14 tahun menusuk ayah dan neneknya hingga tewas serta melukai ibunya pada Sabtu (30/11).

Kasandra menjelaskan bahwa gangguan mental, seperti gangguan emosional, kepribadian, atau gangguan jiwa, dapat memicu perilaku agresif. Dalam kondisi ini, individu kerap kesulitan mengontrol dorongan untuk bertindak ekstrem.

Faktor lain yang juga berperan signifikan adalah lingkungan keluarga yang bermasalah. Pola asuh yang tidak sehat, kekerasan dalam rumah tangga, atau pelecehan seksual dapat menjadi pemicu tindakan agresif, khususnya dalam situasi penuh tekanan.

“Anak-anak yang mengalami kekerasan atau trauma di masa kecil lebih cenderung mengembangkan gangguan perilaku, depresi, atau bahkan gangguan kepribadian, yang bisa berujung pada tindakan kekerasan di kemudian hari,” papar Kasandra.

Kasandra juga menyoroti bahwa remaja sering kali terjebak dalam konflik internal, seperti pencarian identitas, tekanan dari teman sebaya, atau tantangan akademis. Bila tidak dikelola dengan baik, stres ini bisa mendorong mereka melampiaskan emosi secara destruktif, termasuk dalam bentuk kekerasan.

Selain itu, paparan berlebihan terhadap konten kekerasan dari media hiburan, seperti video game atau film, dapat memengaruhi pola pikir remaja. “Paparan ini dapat meningkatkan kemungkinan remaja bertindak impulsif atau terlibat dalam perilaku kekerasan,” tambah Kasandra.

Meski demikian, Kasandra menegaskan bahwa media hiburan bukanlah satu-satunya penyebab. Tindakan kekerasan pada remaja sering kali merupakan hasil dari kombinasi faktor internal, seperti gangguan kesehatan mental, dan faktor eksternal, seperti lingkungan sosial atau pengaruh media.