BNN Perkuat Intelijen untuk Tekan Peredaran Narkotika di 2025
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Martinus Hukom di ANTARA Heritage Center, Jakarta, Senin (23/12/2024). (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Badan Narkotika Nasional (BNN) RI memprioritaskan penguatan intelijen di berbagai wilayah sebagai strategi utama untuk menekan peredaran narkotika pada tahun 2025. Kepala BNN, Komisaris Jenderal Polisi Martinus Hukom, menegaskan pentingnya memperluas jangkauan intelijen hingga ke pelosok negeri, terutama di daerah rawan peredaran narkotika.
Martinus menyampaikan bahwa penggelaran intelijen bertujuan meningkatkan deteksi dini untuk menghadapi jaringan narkotika yang terorganisasi. Menurutnya, kejahatan narkotika memiliki kesamaan dengan terorisme, seperti bersifat lintas batas, terkendali, dan terstruktur.
"Kita harap penggelaran intelijen ini menguatkan deteksi dini, sehingga kita lebih maju," ujar Martinus di Jakarta, Senin (23/12/2024).
Namun, ia juga menjelaskan perbedaan mendasar antara jaringan narkotika dan terorisme. Jika jaringan terorisme cenderung tersentral dengan beberapa faksi, jaringan narkotika lebih terfragmentasi dengan berbagai koneksi lintas negara.
Martinus menegaskan bahwa upaya pemberantasan narkotika memerlukan sistem pengejaran tanpa henti. Operasi untuk melawan peredaran narkoba harus dilakukan selama 24 jam tanpa jeda.
"Bagaimana kita menekan mereka, maka kita harus membangun kontra jaringan. Ketika mereka membangun, kita harus kontra, artinya harus ada penggelaran intelijen di seluruh daerah," jelasnya.
Selain membangun intelijen, Martinus juga menyoroti potensi kerawanan peredaran narkotika dari luar negeri. Ia mengungkapkan bahwa narkoba berbahan sintetis banyak masuk melalui perairan strategis seperti Selat Karimata dan Kepulauan Riau.
"Masuknya lewat perairan Selat Karimata, Kepulauan Riau, ini semua potensi masuknya narkoba," ungkapnya. Negara-negara seperti Myanmar, Afghanistan, dan kawasan Amerika Latin menjadi sumber utama penyelundupan narkotika ke Indonesia.
Martinus mengingatkan masyarakat bahwa keuntungan dari bisnis narkotika bersifat ilusif. Peredaran narkoba tidak hanya menimbulkan dampak kesehatan, tetapi juga memicu kejahatan konvensional lainnya.
"Pasar tergantung pada bagaimana masyarakat. Indonesia rentan terhadap intervensi narkoba itu, seperti banyak muncul kampung narkoba," tambahnya.
Dengan langkah-langkah ini, BNN berharap dapat memutus rantai peredaran narkotika di Tanah Air dan menciptakan masyarakat yang lebih waspada terhadap bahaya narkoba.