Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca

Apoteker: Patuhi Resep untuk Cegah Resistensi Antimikroba

Apoteker: Patuhi Resep untuk Cegah Resistensi Antimikroba
Apoteker: Patuhi Resep untuk Cegah Resistensi Antimikroba. (Dok. ANTARA)

Jakarta, Pewarta.co.id – Apoteker Rahmat Hidayat menegaskan pentingnya mematuhi resep dokter saat mengonsumsi antibiotik guna mencegah bahaya resistensi antimikroba.

Resistensi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat luas.

"Kenapa antibiotik harus diminum berdasarkan anjuran dari resep? Karena ada beberapa alasan. Kita melawan, kita membunuh mikroba yang sebenarnya merupakan makhluk hidup. Jadi kalau kita lalai, dia akan mampu berpikir mencari jalan keluar agar bisa survive. Yang pada akhirnya bisa berujung kepada kekebalan mikroba itu sendiri," ujar Rahmat, yang akrab disapa Mr. Matt, dalam siaran Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (10/12/2024).


Dampak resistensi antimikroba

Menurut Mr. Matt, resistensi antimikroba memiliki sejumlah dampak serius.

Salah satu efek langsung adalah kebutuhan penggunaan antibiotik yang lebih kuat dan mahal, ketika antibiotik sederhana tidak lagi efektif.

"Namun, ada yang jauh lebih serius. Pada saat kumannya tidak mati dalam tubuh, maka kuman itu akan tetap hidup. Kemudian dia keluar dari tubuh individu pertama. Dia akan pergi ke individu yang lain, misalnya anggota keluarga yang lain," jelasnya.

Ia mencontohkan, kuman yang resisten dapat berpindah dari satu individu ke individu lain melalui berbagai media, seperti tanah atau permukaan benda.

Kondisi ini dapat memperburuk situasi, terutama jika kuman tersebut menjadi kebal terhadap antibiotik yang biasa digunakan.


Bahaya untuk generasi mendatang

Mr. Matt mengingatkan bahwa kepatuhan dalam meminum antibiotik bukan hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri, tetapi juga demi melindungi generasi mendatang.

Resistensi kuman yang terjadi saat ini dapat berdampak pada kesehatan anak dan cucu di masa depan.

Ia juga menyoroti bahwa beberapa antibiotik, meskipun bekerja melawan kuman, dapat memberikan efek samping pada tubuh.

Jika digunakan tanpa pengawasan medis, efeknya bisa berbahaya, seperti kerusakan ginjal atau gangguan pendengaran.


Edukasi dan pengawasan penggunaan antibiotik

Mr. Matt menjelaskan cara kerja antibiotik, seperti amoksisilin, yang menghambat pembentukan dinding sel pada kuman.

Sayangnya, antibiotik seperti ini sering digunakan secara sembarangan karena efek sampingnya dianggap ringan, seperti diare atau bau pada urin.

"Jadi, beberapa antimikroba itu, antibiotik itu seperti amoksisilin, efek sampingnya kecil sekali. Diare misalnya saja atau urinenya cuma berbau. Sehingga mereka, pengguna tidak menganggap itu adalah hal yang serius. Akibatnya dia tidak menganggap bahwa menggunakan antibiotik membahayakan tubuhnya," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa antibiotik masih sering diperoleh dari tempat-tempat tidak resmi, sehingga edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan antibiotik yang sembarangan menjadi sangat penting.


Pentingnya patuh pada resep

Kesadaran masyarakat untuk mematuhi resep dalam penggunaan antibiotik merupakan langkah utama mencegah resistensi antimikroba.

Edukasi publik dan pengawasan terhadap distribusi antibiotik perlu ditingkatkan agar dampak negatifnya dapat diminimalkan.

Dengan menjaga kepatuhan pada resep, individu tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat secara luas.

Artikel disadur dari ANTARA via Pafihulusungaitengahkab.org.