Cara Bermedia Sosial yang Sehat Agar Tak Jadi Korban Berita Hoaks
Ilustrasi. Etika bermedia sosial. (Dok. PEWARTA/Canva) |
PEWARTA.CO.ID - Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Mulai untuk kebutuhan bisnis, personal branding, hingga sekadar menghabiskan waktu luang dengan mencari informasi dan hiburan.
Sayangnya, tidak sedikit penggunanya yang kurang memahami etika dalam pemanfaatan media sosial. Meski antarpengguna seringnya tidak saling kenal satu sama lain, namun tetap saja etika harus dijunjung selama bermain media sosial (medsos).
Karena bagaimanapun, pengguna medsos juga manusia biasa sama halnya ketika kita hidup di dunia nyata. Di mana keberadaan mereka, seperti privasi, tetap harus kita hargai demi kenyamanan bersama.
Itulah sebabnya mengapa setiap orang harus paham cara bermedia sosial yang sehat, seperti dijelaskan dalam artikel ini.
Selain demi keamanan dan kenyamanan, pengguna medsos juga harus sadar keamanan dirinya agar tidak berpotensi melanggar aturan dan hukum yang berlaku, di mana jagat maya diawasi oleh pasal Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Selain itu, penggunaan media sosial yang kurang tepat juga berpotensi mendatangkan kerugian bagi penggunanya. Salah satu yang sering terjadi adalah menjadi korban penyesatan informasi atas beredarnya berita bohong atau hoaks.
Berita hoaks biasanya tercipta karena kurangnya literasi seseorang dalam memilah dan memilih informasi, sehingga termakan informasi palsu yang mungkin bisa saja disengaja oleh pembuatnya.
Bisa juga berita hoaks menyebar karena seseorang terlanjur memercayai informasi tanpa adanya verifikasi fakta lebih dalam.
Agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial, terlebih di era teknologi yang berkembang dengan cepatnya, berikut pedoman yang mesti Anda pahami. Baca selengkapnya hingga tuntas!
8 pedoman penting bermedia sosial agar terhindar dari berita hoaks
Ada beberapa poin penting dalam bermedia sosial bisa dikategorikan sehat, di antaranya mencakup aturan tidak tertulis yang mau tak mau harus diterapkan oleh siapapun selama berselancar di ruang digital.
Hal itu termasuk dalam hal berkomentar, mengunggah konten, menyebarkan berita secara berantai, sampai mematuhi aturan yang sudah menjadi ketentuan perundang-undangan.
Langsung saja, inilah beberapa poin cara bermedia sosial yang sehat tersebut, termasuk bagian dari upaya menghindari berita hoaks.
1. Pentingnya literasi digital
Langkah pertama untuk bermedia sosial yang sehat adalah memahami pentingnya literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengevaluasi informasi secara kritis di dunia digital.
Dalam konteks media sosial, literasi digital membantu pengguna untuk mengenali berita palsu, bias informasi, dan teknik manipulasi yang sering digunakan untuk menyebarkan hoaks. Sebagai contoh, banyak hoaks menggunakan judul sensasional untuk menarik perhatian pembaca.
Tanpa literasi digital yang memadai, seseorang mungkin langsung mempercayai informasi tersebut tanpa memverifikasi sumbernya. Dengan literasi digital yang baik, pengguna media sosial dapat lebih kritis dalam memilah informasi yang valid dan yang menyesatkan.
2. Verifikasi sumber informasi
Langkah selanjutnya dalam menghindari berita hoaks adalah memverifikasi sumber informasi. Informasi yang berasal dari sumber tepercaya, seperti situs berita resmi, lembaga pemerintah, atau organisasi internasional, memiliki tingkat kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan sumber yang tidak dikenal.
Ketika menemukan sebuah berita, tanyakan pada diri Anda: siapa yang menerbitkan informasi ini? Apakah sumbernya memiliki reputasi yang baik? Apakah informasi ini telah diberitakan oleh media tepercaya lainnya? Sebuah informasi yang hanya muncul di satu sumber dengan kredibilitas rendah perlu dicurigai.
Selain itu, pastikan Anda membaca keseluruhan isi berita, bukan hanya judulnya. Banyak berita hoaks menggunakan judul yang provokatif untuk memancing emosi pembaca.
3. Mengenali ciri-ciri berita hoaks
Seperti dikutip dari artikel https://cynical-c.com/, untuk dapat menghindari berita hoaks, penting untuk mengenali ciri-cirinya. Berita hoaks sering memiliki judul yang clickbait, yakni judul yang terlalu bombastis atau sensasional untuk menarik perhatian.
Selain itu, berita ini sering kali tidak memiliki sumber data yang jelas atau konkret. Bahasanya juga cenderung emosional, menghasut, atau menakut-nakuti pembaca.
Banyak berita hoaks ditulis dengan kesalahan ejaan atau tata bahasa, menunjukkan kurangnya profesionalisme. Dengan memahami ciri-ciri ini, Anda dapat lebih mudah mengenali informasi yang perlu diverifikasi lebih lanjut.
4. Hindari penyebaran informasi sebelum verifikasi
Salah satu kebiasaan buruk di media sosial adalah menyebarkan informasi tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu. Meskipun niatnya mungkin baik, seperti ingin memberi tahu orang lain tentang suatu hal, menyebarkan berita hoaks dapat menimbulkan dampak negatif yang besar.
Sebagai pengguna media sosial yang bijak, selalu tanyakan pada diri Anda: apakah informasi ini benar? Apakah informasi ini bermanfaat? Apakah ada risiko yang ditimbulkan jika informasi ini ternyata salah? Jika Anda ragu tentang keaslian sebuah berita, lebih baik tidak menyebarkannya. Sebaliknya, Anda bisa mencari klarifikasi dari sumber tepercaya atau menanyakan kepada ahli di bidang terkait.
5. Menggunakan platform pengecekan fakta
Menggunakan platform pengecekan fakta adalah langkah penting lainnya dalam melindungi diri dari berita hoaks. Saat ini, sudah banyak platform yang dapat membantu Anda memverifikasi keaslian sebuah informasi. Contohnya, CekFakta.com menyediakan layanan untuk mengecek kebenaran informasi yang beredar di Indonesia. Ada juga TurnBackHoax.id, sebuah inisiatif dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) untuk memerangi hoaks.
Selain itu, Google Fact Check Tools memungkinkan Anda mencari informasi yang telah diperiksa oleh organisasi pemeriksa fakta. Memanfaatkan platform ini membantu memastikan Anda tidak termakan informasi yang menyesatkan.
6. Mempelajari etika bermedia sosial
Etika dalam bermedia sosial adalah elemen penting untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat. Dalam berinteraksi di media sosial, hormati pendapat orang lain meskipun Anda tidak setuju dengannya.
Hindari komentar yang menghina atau menyerang secara pribadi. Jangan ikut serta dalam diskusi yang provokatif, yang dapat memancing konflik atau menyebarkan kebencian.
Sebelum membagikan informasi, pastikan bahwa informasi tersebut benar, bermanfaat, dan tidak berpotensi merugikan orang lain. Dengan mempraktikkan etika ini, Anda tidak hanya melindungi diri dari hoaks tetapi juga menciptakan suasana yang lebih positif di media sosial.
7. Meningkatkan keamanan akun media sosial
Berita hoaks sering kali menyebar melalui akun-akun yang diretas atau disalahgunakan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keamanan akun media sosial Anda.
Gunakan kata sandi yang kuat dengan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol untuk mencegah peretasan. Aktifkan verifikasi dua langkah sebagai lapisan keamanan tambahan.
Hindari mengklik tautan mencurigakan yang dapat mengandung malware atau phishing. Dengan menjaga keamanan akun Anda, Anda turut berkontribusi dalam meminimalkan penyebaran berita hoaks.
8. Mengikuti sumber informasi tepercaya
Memilih untuk mengikuti akun-akun tepercaya adalah cara lain untuk memastikan Anda mendapatkan informasi yang benar. Ikuti akun resmi dari organisasi, media, atau ahli yang memiliki kredibilitas.
Hindari mengikuti akun anonim yang sering menyebarkan informasi tanpa bukti yang jelas. Jika memungkinkan, langganan berita dari media resmi yang memiliki rekam jejak baik dalam menyampaikan informasi akurat. Dengan langkah ini, Anda dapat memperkaya wawasan tanpa takut terjebak oleh hoaks.
Bermedia sosial dengan sehat adalah keharusan bagi setiap pengguna di era digital saat ini. Dengan meningkatkan literasi digital, memverifikasi sumber informasi, mengenali ciri-ciri berita hoaks, dan mengikuti prinsip-prinsip etika, Anda dapat melindungi diri dari dampak negatif berita hoaks.
Jika semua pedoman di atas Anda terapkan, maka situasi yang kondusif akan tercipta di sirkel medsos Anda. Bahkan, akan lebih bijak jika medsos dapat digunakan sebagai wadah untuk menyalurkan karya atau berbuat kebaikan kepada sesama.