Netizen Heboh Sosok Yanti, TKW Taiwan yang Disebut Sering Pamer Apem dan Ngemis Online
![]() |
Tangkapan layar aksi Yanti, TKW Taiwan yang viral karena aksi tak senonoh di media sosial. |
PEWARTA.CO.ID - Yanti Ekavia, seorang tenaga kerja Wanita (TKW) asal Lampung yang saat ini bekerja di Taiwan, belakangan menarik perhatian publik.
Yanti, yang dikenal di media sosial TikTok sebagai @23yantii, bukan hanya bekerja sebagai TKW (TKI Wanita), tetapi juga aktif sebagai konten kreator.
Namun, popularitasnya di dunia maya bukan karena prestasi, melainkan karena konten kontroversial yang ia unggah.
Pasalnya, Yanti TKW Taiwan kerap kali melakukan siaran langsung di platform TikTok dengan busana minim, bahkan tidak jarang menunjukkan bagian tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan.
Baca juga: Link Full Video Yanti TKW Taiwan Jadi Buruan, Warganet Heboh Konten Berdurasi 1 menit 49 detik
Aksi-aksinya dalam siaran langsung sering dianggap tidak pantas oleh warganet, terutama karena ia kerap sengaja membuka resleting celananya sehingga organ intimnya hampir terlihat.
Hal ini menimbulkan berbagai kecaman dari masyarakat yang menganggap tindakannya tidak sesuai dengan norma.
Salah satu alasan Yanti berpenampilan seperti itu adalah untuk mendapatkan hadiah atau "gift" dari penontonnya di TikTok. Meski sering dikritik, ia seolah tak peduli dan tetap mengunggah konten serupa.
Banyak netizen yang mengecam konten Yanti Taiwan ini, bahkan beberapa di antaranya meminta agar orang tua Yanti diberi tahu untuk menasihatinya.
Baca juga: Profil Yanti TKW Taiwan yang Viral Pamer Video Hot di Media Sosial, Ini Akun TikTok dan Biodatanya
Selain konten berpenampilan nyeleneh, fenomena lain yang muncul di TikTok adalah fenomena "mengemis online". Bukan hanya Yanti, banyak kreator di platform ini yang mengeksploitasi diri atau orang lain untuk mendapatkan hadiah dari penonton.
Salah satu fenomena yang terkenal adalah mandi lumpur, di mana kreator berendam dalam lumpur atau air kotor selama berjam-jam demi menarik simpati dan mendapatkan gift.
Fenomena ini mengundang perhatian para ahli, termasuk sosiolog dari Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Bagong Suyanto.
Menurutnya, perilaku mengemis online sebenarnya mirip dengan mengemis konvensional yang sering kita jumpai, yaitu meminta belas kasihan orang lain.
“Itu adalah bentuk kreativitas karena menghadapi situasi yang semakin kompetitif. Jadi mengemis ini tidak mudah, makin banyak saingan. Sehingga mereka perlu berkreasi untuk mendapatkan belas kasihan masyarakat,” ujar Prof Bagong dilansir Tribun Medan, Jumat (18/10/2024).
Lebih lanjut, Prof Bagong juga menyayangkan adanya eksploitasi negatif dalam konten seperti ini.
“Ini masuk kategori orang yang bukan karena terpaksa, tapi justru dia mengeksploitasi penderitaan orang-orang yang tidak berdaya untuk memperkaya dirinya sendiri.”
Fenomena mengemis online semakin meluas, melibatkan tidak hanya anak muda, tetapi juga lansia dan anak-anak. Namun, berbeda dengan pengemis konvensional yang bisa ditindak oleh Dinas Sosial atau Satpol PP, tindakan terhadap fenomena ini lebih sulit dilakukan.
Oleh karena itu, Prof Bagong menyarankan masyarakat untuk tidak memberikan dukungan atau menonton konten semacam itu.
Dalam wawancaranya, Prof Bagong juga menegaskan pentingnya bersikap adil terhadap masyarakat miskin.
Ia mengatakan bahwa tidak semua orang yang terlibat dalam mengemis online melakukannya karena pilihan. Ada yang terpaksa melakukan hal tersebut karena kebutuhan hidup.
“Ini harus dipilah, kita tidak bisa menghakimi semuanya salah. Harus dilihat siapa yang melakukan karena dia butuh hidup, itu tidak masalah. Ini kan sama seperti artis yang membuka donasi terbuka, kenapa kalau artis tidak dikecam, orang miskin dikecam?” tambahnya.