Ilustrasi. Stroke dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat sesuai anjuran ahli kesehatan. (Dok. Canva) |
PEWARTA.CO.ID - Stroke merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terputus akibat pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan.
Ketika pasokan darah dan oksigen ke otak terhenti, sel-sel otak mulai mati, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti kelumpuhan, kehilangan memori, cacat, bahkan kematian.
Meskipun stroke dapat berakibat fatal, penting untuk diketahui bahwa hingga 80 persen kasus stroke sebenarnya dapat dicegah.
Hal ini berdasarkan panduan pencegahan stroke terbaru dari American Stroke Association (ASA), yang dilaporkan oleh Medical Daily pada Selasa (22/10/2024).
Faktor risiko stroke
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke meliputi:
- Tekanan darah tinggi
- Merokok
- Kolesterol tinggi
- Diabetes
- Apnea tidur
- Penyakit kardiovaskular, seperti fibrilasi atrium
- Riwayat pribadi atau keluarga yang memiliki stroke atau serangan jantung
Dr. Cheryl D. Bushnell, ketua kelompok penulisan pedoman ASA dan anggota Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest di Winston-Salem, Carolina Utara, menyatakan bahwa beberapa kelompok populasi berisiko lebih tinggi untuk mengalami stroke. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, gaya hidup, faktor biologis, serta penentu sosial kesehatan.
"Dalam beberapa kasus, orang tidak menerima pemeriksaan yang tepat untuk mengidentifikasi risiko mereka," jelas Dr. Bushnell.
Pencegahan stroke pertama
Pencegahan stroke pertama, atau yang dikenal sebagai pencegahan primer, adalah langkah paling efektif untuk mengurangi kejadian stroke serta kematian yang diakibatkannya.
Dalam upaya ini, penyedia layanan kesehatan disarankan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor risiko pada pasien, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kadar gula darah, dan obesitas.
Sebagai langkah proaktif, penyedia layanan kesehatan dianjurkan untuk meresepkan obat anti-hipertensi guna menurunkan tekanan darah serta statin untuk menurunkan kolesterol pada individu yang berisiko.
Selain itu, penggunaan obat agonis reseptor glukagon-like protein-1 (GLP-1) juga direkomendasikan untuk pasien dengan obesitas atau diabetes tipe 2.
Rekomendasi berdasarkan jenis kelamin
Pedoman terbaru ASA juga mencakup rekomendasi khusus berdasarkan jenis kelamin dalam hal pemeriksaan dan pencegahan stroke.
Untuk perempuan yang berisiko lebih tinggi, evaluasi harus mencakup faktor-faktor seperti:
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Endometriosis
- Komplikasi kehamilan, seperti tekanan darah tinggi dan persalinan prematur
- Kegagalan ovarium prematur
- Menopause dini
Selain itu, individu yang menjalani terapi estrogen untuk afirmasi gender mungkin juga memiliki risiko stroke yang lebih tinggi.
Mengutip Pafiorigami.org, di mana pentingnya kesadaran dan edukasi publik tentang pilihan gaya hidup sehat tidak dapat diabaikan dalam upaya pencegahan stroke. ASA menekankan perlunya promosi untuk berhenti merokok, peningkatan aktivitas fisik, pola makan sehat, dan perbaikan kualitas tidur.
"Memahami siapa yang berisiko lebih tinggi terkena stroke pertama dan memberikan dukungan untuk menjaga kesehatan jantung dan otak dapat membantu mencegah stroke pertama," ujar Dr. Bushnell.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran akan faktor risiko, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya stroke dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.