WARTA UPDATE

Maltodextrin pada Susu Formula: Apakah Benar Menyebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?

Maltodextrin pada Susu Formula: Apakah Benar Menyebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
Maltodextrin.

PEWARTA.CO.ID - Kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak semakin banyak diperbincangkan di masyarakat. Salah satu informasi yang menyebar di media sosial menyebutkan bahwa maltodekstrin, sebuah jenis gula yang sering ditemukan dalam susu formula, menjadi penyebab utama munculnya penyakit tersebut pada anak. Namun, benarkah demikian?

Dalam diskusi kesehatan yang diadakan oleh Ngobras, Dr. Rosyanne Kushardina, seorang ahli gizi dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, memberikan penjelasan lengkap mengenai isu ini. Menurutnya, klaim bahwa maltodekstrin pada susu formula dapat menyebabkan diabetes dan gagal ginjal pada anak adalah tidak tepat.

Penjelasan mengenai Maltodextrin

Maltodekstrin merupakan salah satu bahan tambahan pangan (BTP) yang umum digunakan dalam industri makanan. Rosyanne menekankan bahwa bahan ini sebenarnya aman dan telah diatur penggunaannya oleh BPOM dalam Peraturan BPOM No. 11 Tahun 2019.

Bahan tambahan pangan seperti maltodekstrin digunakan dalam proses produksi makanan atau minuman untuk tujuan teknologi tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pengawetan, peningkatan rasa, atau penambahan volume produk.

“Maltodekstrin biasa ditambahkan ke produk pangan sebagai pengawet, penguat rasa, filler (meningkatkan volume), untuk meningkatkan tekstur, dan ada juga yang digunakan sebagai perisa,” ujar Rosyanne.

Fungsi Maltodextrin pada susu formula

Dalam konteks susu formula, maltodekstrin sering kali digunakan sebagai pengganti laktosa, terutama bagi anak-anak atau individu yang mengalami intoleransi laktosa. Laktosa adalah gula alami yang ada dalam susu, dan tidak semua orang bisa mencernanya dengan baik. Penggunaan maltodekstrin dalam susu formula membantu memastikan anak tetap mendapatkan nutrisi tanpa risiko masalah pencernaan akibat intoleransi laktosa.

Maltodekstrin sendiri dibuat dari bahan alami, terutama dari pati yang berasal dari sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung. Pati tersebut mengalami proses hidrolisis yang mengubahnya menjadi maltodekstrin. Namun, zat ini sebenarnya tidak secara alami terdapat dalam makanan.

"Maltodekstrin dibuat dari pati yang diekstraksi dari bahan-bahan seperti umbi-umbian dan jagung. Zat ini diproses dengan teknik hidrolisis, yang pada akhirnya menghasilkan maltodekstrin," jelas Rosyanne.

Apakah Maltodextrin memiliki rasa manis?

Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah apakah maltodekstrin meningkatkan kadar gula pada produk susu formula. Rosyanne menegaskan bahwa maltodekstrin tidak memiliki rasa manis yang kuat, bahkan hampir tidak ada rasa manis sama sekali.

Derajat kemanisan suatu bahan bisa diukur menggunakan skala dextrose equivalent (DE), dan maltodekstrin memiliki nilai DE yang rendah, yakni antara 3 hingga 19, tergantung penggunaannya. Dengan nilai DE rendah ini, maltodekstrin tidak menambah rasa manis pada produk seperti susu formula.

“Tidak tepat maltodekstrin dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu, dan menyebabkan gagal ginjal pada anak,” kata Rosyanne dalam diskusi kesehatan tersebut.

Rosyanne juga menjelaskan bahwa produk pangan yang mengandung maltodekstrin tidak selalu memiliki kandungan gula yang lebih tinggi. Untuk memastikan kandungan gula dalam produk, konsumen dianjurkan untuk selalu memeriksa label nutrisi pada kemasan.

"Susu yang mengandung maltodekstrin tidak berarti memiliki kandungan gula lebih tinggi. Ini bisa kita cek pada label di kemasan," tambahnya.

Penggunaan Maltodextrin dalam berbagai produk

Dikutip dari pafikabmagetan.org, Maltodekstrin tidak hanya terdapat dalam susu formula, tetapi juga dalam berbagai produk pangan lain. Rosyanne menjelaskan bahwa maltodekstrin dapat ditemukan dalam produk manis maupun gurih, seperti sereal, kaldu ayam, dan kaldu jamur, karena perannya sebagai pengisi atau filler. Selain itu, maltodekstrin juga berfungsi sebagai pengawet dan penambah tekstur pada produk makanan.

Maltodekstrin sering digunakan dalam produk diet dan minuman isotonik. Untuk produk instan seperti saus, maltodekstrin dengan nilai DE10 sering digunakan, sementara produk seperti minuman isotonik menggunakan maltodekstrin dengan DE15. Produk seperti bubuk cokelat, produk susu, dan dessert menggunakan maltodekstrin dengan DE19.

“Maltodekstrin dengan DE10 bisa digunakan untuk produk-produk instan seperti saus instan dan produk diet. Maltodekstrin dengan DE15 biasa digunakan pada minuman isotonik, dan DE19 digunakan untuk bubuk cokelat, produk susu, dan dessert,” jelas Rosyanne

Keamanan Maltodextrin

Banyak yang khawatir mengenai keamanan maltodekstrin, terutama dalam jangka panjang. Namun, menurut Rosyanne, zat ini telah dinyatakan aman oleh berbagai badan pengawas, termasuk FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat dan Codex Alimentarius, yang menyatakan bahwa maltodekstrin masuk dalam kategori GRAS (Generally Recognized as Safe). Ini berarti, selama digunakan dalam jumlah yang tepat, maltodekstrin tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa maltodekstrin yang resistan terhadap pencernaan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, terutama bagi mikrobiota usus. Zat ini difermentasi di usus besar menjadi asam lemak rantai pendek (SCFA), yang memiliki manfaat dalam menjaga kesehatan usus.

Maltodekstrin juga dapat membantu mengontrol tekanan darah dan profil lipid, serta memberikan efek kenyang yang lebih lama, sehingga dapat mengurangi asupan makanan berlebih.

“Maltodekstrin resistan juga membantu menjaga profil tekanan darah dan lipid serta meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan,” tambah Rosyanne.