Produk buatan Nike (Dok. Ist) |
Pewarta.co.id Pada hari Jumat (28/6/2024), saham Nike (NKE.N) turun 20%, yang merupakan posisi terburuk sejak pertama kali terdaftar di bursa saham pada tahun 1980.
Investor khawatir bahwa Nike akan kehilangan pangsa pasar karena banyaknya merek baru seperti On dari Swiss dan Hoka dari Prancis yang muncul.
Pada Kamis lalu perusahaan memproyeksikan penurunan persentase pendapatan 2025 sebesar satu digit, dibandingkan dengan perkiraan analis yang memperkirakan kenaikan hampir 1%.
"Nike berada pada titik di mana mereka menetapkan target konservatif dan menetapkan standar yang rendah," kata Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth, Art Hogan
Karena hal ini, kapitalisasi pasar Nike turun sebesar US$ 28,41 miliar atau setara Rp 464,5 triliun (kurs Rp 16.350).
"Nike berada di bawah tekanan selama beberapa tahun sekarang. Saya tentu berpikir mereka memiliki peluang sekarang karena valuasinya telah diatur ulang menjadi sangat rendah untuk mulai mendapatkan sponsor, namun hal itu tidak akan terjadi hari ini atau minggu ini," tambah Hogan
Pengecer olahraga juga terdampak, JD Sports (JD.L) kehilangan 5,4% pada penutupan hari Jumat, sementara Puma Jerman (PUMG.DE) turun 1%. Sedangkan Adidas (ADSGn.DE) sahamnya naik sedikit.
Nike telah mengambil beberapa tindakan untuk menekan penurunan penjualan yang semakin parah, termasuk mengurangi kelebihan pasokan merek dan meluncurkan sepatu kets baru seharga US$ 100 ke bawah di seluruh dunia untuk menarik konsumen.
Merek olahraga lain seperti Hoka, Asics, New Balance, dan On menyumbang 35 persen pangsa pasar global pada tahun 2023, dibandingkan dengan 20% pada periode 2013-2020.