GfM7GfzpGpW0BUOlGfO8TSCiBY==

Didominasi Peserta Lokal, Begini Kata Juri Lomba Burung Berkicau di Event Barometer Beji Kota Batu

Didominasi Peserta Lokal, Begini Kata Juri Lomba Burung Berkicau di Event Barometer Beji Kota Batu
Eko Joe, juri event gantangan Barometer Beji, Kota Batu.

PEWARTA.CO.ID - Festival Lomba Burung Berkicau yang digelar EO Barometer Beji, pada Minggu (23/6/2024), berjalan sukses dan lancar. Pewarta Network turut ambil bagian menjadi official media partner dalam gelaran ini.

Ratusan peserta dari berbagai wilayah ikut andil meramaikan acara yang juga masih dalam rangkaian Bersih Desa Beji, Kota Batu, tahun 2024 ini.

Namun, yang menjadi sorotan kali ini adalah partisipasi peserta yang ternyata didominasi oleh warga lokal. Mereka lebih banyak datang dari wilayah Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kota Malang.

Meski demikian, ada pula peserta dari komunitas penghobi burung yang berasal dari Madura, Surabaya, Pasuruan, dan kota-kota lainnya walau dengan jumlah minor.

Menanggapi banyaknya peserta lokal dibanding dari luar kota, juri Festival Lomba Burung Berkicau Barometer Beji punya alasannya.

Eko Joe selaku ketua juri di event Barometer Beji menjelaskan, sebenarnya Batu menjadi kota penyelenggara yang banyak diminati para penghobi burung berkicau. Hanya saja, faktor kepadatan lalu lintas sering membuat peserta mengurungkan niatnya untuk berangkat berlomba.

"Kalau lomba cup diadakan di Batu, biasanya orang-orang Surabaya, Pandaan (Pasuruan), Probolinggo, itu mikir dua kali [ikut lomba -red]. Karena macetnya, transportasinya. Makanya lomba-lomba di Batu kurang maksimal gara-gara seperti itu," kata Eko, Minggu (23/6/2024).

"Misalnya di Pandaan ada cup besar, terus bebarengan sama Batu, pemain-pemain Surabaya, Probolinggo dan lainnya akan memilih ke Pandaan. Soalnya langsung tol [tanpa kena macet -red]," lanjut Eko.

Selain itu, suhu dingin Kota Batu juga disebut membuat performa burung menjadi kurang maksimal. Sehingga tak heran jika jumlah peserta lokal lebih dominan ketimbang peserta luar kota.

"Cuaca saat ini dingin. Misalnya burung Cucak Hijau, tidak bisa fight seperti cuacanya agak panas. Jadi banyak jeleknya kalau Cucak Hijau," terangnya.

"Kalau Murai Batu kayaknya ngga ada masalah. Kemudian Cendet itu juga terpengaruh cuaca," sambungnya.

Meski minimnya peserta dari luar kota, kata Eko, partisipasi peserta lokal Malang Raya saja sudah mampu memenuhi kuota pendaftaran di setiap event-nya.

"Kalau event di Batu, pemain lokalnya saja sudah mumpuni. Sudah memenuhi kuota. Sudah Break Even Point (BEP). Kita ngga usah mikir luar kota, dibagusin saja yang lokalan ini. Secara itungan manajemen, itu sudah BEP. Itu bagusnya Batu," tegasnya.

Di samping itu, Eko juga berpesan agar para pemain lokal bisa mengukur kemampuan burungnya. Jika melihat antusiasme yang tinggi seperti dalam event gantangan Minggu (23/6) kemarin, maka sayang jika tidak dimanfaatkan untuk menimba ilmu dari peserta lain, terlebih dari kontestan yang berhasil menjadi juara.

"Pemain lokal bisa mengukur kemampuan burungnya. Kan kedatangan burung bagus-bagus [dari peserta lain -red]. Jadi bisa dibuat ngukur burungnya. Jadi parameterlah," pungkasnya.

***
Dapatkan berita Indonesia terkini viral 2025, trending, serta terpopuler hari ini dari media online Pewarta.co.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter