Sekjen PAN, Eddy Soeparno. |
JAKARTA, PEWARTA - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, merespons usulan dari Projo yang menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bergabung dengan partai politik yang nasionalis dan kerakyatan.
Eddy menyatakan, PAN akan menyambut Jokowi dengan karpet biru jika orang nomor satu RI itu memutuskan untuk bergabung.
"Jika memang Pak Jokowi hendak bergabung, hendak menjadi bagian dari keluarga PAN, tentu kita akan menggelar karpet biru untuk menyambut beliau di PAN," kata Eddy seperti dikutip detikNews, Rabu (22/5/2024).
Eddy menegaskan bahwa PAN sangat terbuka menerima kehadiran Jokowi. Menurutnya, Jokowi sudah menjadi bagian dari keluarga besar PAN.
"Kami merasa Pak Jokowi merupakan bagian dari keluarga besar Partai Amanat Nasional dan kami berharap Pak Jokowi pun merasa betah dan merasa nyaman dengan itu," ujarnya.
Selain itu, Eddy mengapresiasi pencapaian Jokowi selama menjabat sebagai presiden. Dia menganggap Jokowi telah membawa banyak prestasi bagi Indonesia.
"Saya kira apa yang dicapai oleh Pak Jokowi selama 10 tahun menjabat sebagai presiden, menurut PAN adalah pencapaian sangat baik, sangat terstruktur, adanya IKN, mampu mengarungi masa-masa sulit khususnya COVID dengan baik," ucap Eddy.
"Jadi kami merasa Pak Jokowi menancapkan prestasi yang sangat baik ketika menjabat sebagai presiden," imbuhnya.
Sebelumnya, Projo NTB mendorong Presiden Joko Widodo untuk memimpin partai politik setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir.
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, menyarankan Jokowi untuk bergabung dengan partai yang nasionalis dan kerakyatan.
"Pokoknya parpol yang nasionalis dan kerakyatan sesuai Projo," ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/5/2024). Budi memberikan tanggapan mengenai partai mana yang disarankan untuk Jokowi.
Saat ditanya apakah Golkar merupakan partai yang sesuai dengan kriteria tersebut, Budi menyebutkan bahwa NasDem dan PAN juga memenuhi kriteria itu.
"Ya apa saja juga bisa. NasDem juga bisa, PAN juga bisa," tutur Budi. Budi menjawab pertanyaan apakah parpol nasionalis dan kerakyatan yang dimaksud adalah Golkar.