Dosen HI UMM, Syasya Yuania Fadila Mas'udi. (Dok. umm.ac.id) |
MALANG, PEWARTA - Konflik Papua yang berkepanjangan menjadi perhatian banyak pihak. Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM), Syasya Yuania Fadila Mas’udi, S.IP., MstratSt., menawarkan solusi melalui dialog terbuka, negosiasi, dan otonomi khusus.
Menurut Syasya, akar permasalahan terletak pada sejarah Penyatuan Irian Barat ke Indonesia melalui Pepera tahun 1969.
Pepera yang dianggap tidak mewakili keinginan sebagian pihak memicu pembentukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan berlanjut pada konflik dengan pemerintah.
"Pemerlu pemahaman yang lebih dari Pemerintah Indonesia pada keinginan saudara kita di Papua. Apakah pembangunan yang bersifat materialistik yang mereka butuhkan atau hal lain," ungkap Syasya.
Dialog terbuka dan saling pengertian antara pemerintah dan OPM menjadi kunci utama. Organisasi internasional seperti PBB dapat memfasilitasi dialog dan memberi bantuan teknis. Syasya mencontohkan Swiss sebagai negara netral yang ideal untuk menjadi mediator.
"Penyelesaian konflik OPM di Papua ini rumit. Kurangnya kepercayaan dan ketegangan bertahun-tahun membuat negosiasi menjadi sulit," paparnya.
Kompleksitas kepentingan politik dan ekonomi juga menjadi penghambat. Diperlukan komitmen kuat dari semua pihak untuk mencapai solusi win-win.
"Saya harap, konflik yang berlarut-larut di Papua bisa diselesaikan dengan win-win solution. Bukan dengan memaksakan salah satu pihak untuk setuju dengan keinginan pihak lain," kata Dosen HI UMM.
Inspirasi dari penyelesaian konflik Aceh dapat diterapkan, namun dengan mempertimbangkan konteks unik Papua.
Otonomi khusus menjadi solusi yang diharapkan dapat mengakhiri konflik dan membawa perdamaian abadi bagi masyarakat Papua.
Solusi yang ditawarkan Syasya sejalan dengan pendapat banyak pihak yang menekankan pentingnya dialog dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik Papua.
Pendekatan ini diharapkan dapat membangun kembali kepercayaan dan membuka jalan bagi perdamaian yang langgeng di Bumi Cenderawasih.