Salah satu karyawan Google yang menolak. (Ist) |
JAKARTA, PEWARTA - Pada sebuah acara konferensi teknologi di New York, seorang karyawan Google mengungkapkan protesnya terhadap Barak Regev, Direktur Pelaksana Google Israel. Dengan mengenakan baju oranye dan mengidentifikasi dirinya sebagai insinyur di divisi Cloud Google, ia mengecam pembuatan teknologi yang dapat digunakan untuk genosida dan apartheid.
Protes ini menggarisbawahi isu-isu sensitif seputar genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza serta proyek kontroversial Google yang disebut "Project Nimbus". Pada bulan April 2021, Google menandatangani kontrak senilai US$1,2 miliar untuk menyediakan layanan cloud kepada militer dan pemerintah Israel melalui Project Nimbus. Keputusan ini memicu kecaman dari karyawan Google dan Amazon.
Project Nimbus dikritik karena memungkinkan pengumpulan data yang melanggar hukum serta memfasilitasi perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina. Dokumentasi menunjukkan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk deteksi wajah, kategorisasi gambar secara otomatis, pelacakan objek, dan bahkan analisis konten emosional dari gambar, ucapan, dan tulisan.
Sebelumnya, lebih dari 600 karyawan Google telah menandatangani surat penolakan terhadap acara konferensi Mind the Tech kepada Kepemimpinan Pemasaran Google. Mereka menyerukan Google untuk menarik diri dari acara tersebut, meminta maaf, dan mendukung upaya untuk mengakhiri banyaknya korban jiwa di Gaza.
Zelda Montes, seorang Insinyur Perangkat Lunak YouTube, juga menekankan pentingnya solidaritas pekerja dalam menentang penggunaan teknologi AI Israel yang digunakan untuk genosida terhadap rakyat Palestina. Konferensi "Mind the Tech" bertujuan untuk menyoroti ketahanan industri teknologi Israel, terutama setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menyebabkan penurunan ekonomi di Israel.
Pada saat konferensi berlangsung, telah tercatat 1.300 warga Israel dan 31.000 warga Palestina tewas dalam aksi militan yang terjadi. Protes dari pegawai Google ini menyoroti dilema etis dalam pengembangan teknologi yang dapat memiliki dampak besar dalam konflik politik dan kemanusiaan.