Ilustrasi. Jenis-jenis bully pada anak. (Dok. Freepik/korban bullying) |
PEWARTA, LIFESTYLE - Bullying atau perundungan masih menjadi masalah yang sering terjadi di lingkungan anak-anak, terutama saat di sekolah.
Dampaknya pada kesehatan mental korban perundungan bisa sangat signifikan. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang berbagai jenis perundungan yang mungkin terjadi agar mereka bisa merespons dan menangani situasi tersebut dengan tepat.
Berdasarkan artikel yang dilaporkan oleh psikolog Cynthia Vinney, PhD, yang ulasannya telah direview oleh Ann-Louise T. Lockhart, PsyD, ABPP, kita dapat memahami berbagai jenis bullying yang terjadi pada anak.
Jenis-jenis bullying pada anak
Mengetahui jenis-jenis perundungan ini adalah langkah awal yang penting dalam upaya untuk menghadapi dan mencegahnya.
Simak penjelasan selengkapnya agar sebagai orangtua dapat memiliki wawasan yang lebih mendalam mengenai cara penanganan bullying pada anak.
Sedikitnya ada 5 jenis bully pada anak yang harus diketahui para orangtua. Hal ini bermaksud sebagai upaya preventif, sehingga tidak terjadi pada buah hati Anda.
1. Bully fisik
Perundungan fisik merupakan jenis perlakuan yang melibatkan penyerangan terhadap tubuh seseorang dalam berbagai bentuk, mulai dari tindakan memukul, menendang, mendorong, hingga aksi yang merugikan melalui perbuatan mencuri atau merusak barang milik korban.
Kejadian ini bisa melibatkan tindakan fisik yang kasar atau berbahaya, namun juga termasuk gerakan kecil yang dianggap tidak pantas.
Perlakuan perundungan fisik sering dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuatan atau ukuran tubuh yang lebih besar daripada individu yang menjadi sasaran.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam kasus pertengkaran fisik antara dua individu dengan kekuatan atau ukuran yang sama, itu tidak selalu dikategorikan sebagai tindakan perundungan fisik.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih banyak terlibat dalam intimidasi fisik dibandingkan perempuan.
Sebagai contoh, studi pada anak-anak berusia 7 hingga 14 tahun menemukan bahwa anak laki-laki lebih rentan menjadi korban pemukulan, peninjuan, atau tendangan, dan juga lebih sering menjadi korban pencurian atau perusakan barang pribadinya dibandingkan anak perempuan.
Temuan lain pada anak-anak berusia 7 hingga 10 tahun juga menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mungkin menjadi pelaku perundungan fisik dibandingkan anak perempuan.
Hal ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pola-pola perilaku fisik dalam kasus perundungan pada anak-anak dan perbedaannya antara laki-laki dan perempuan dalam konteks ini.
Baca juga: 4 Alasan Generasi Lama Merasa Lebih Baik Dibanding Gen Z
2. Bully verbal
Perundungan verbal merupakan salah satu bentuk perlakuan yang melibatkan penggunaan kata-kata atau tulisan yang merendahkan atau mengintimidasi korban.
Bentuknya bisa beragam, mulai dari ejekan, pemanggilan nama yang tidak pantas, hingga ancaman yang disampaikan melalui kata-kata atau tulisan.
Penelitian menunjukkan bahwa perundungan verbal dengan penggunaan kata-kata yang merendahkan adalah bentuk penindasan yang paling sering dialami oleh anak-anak berusia 7 hingga 10 tahun.
Anak laki-laki juga cenderung lebih sering menjadi korban perundungan verbal dibandingkan anak perempuan, menunjukkan pola yang menarik perhatian dalam dinamika perundungan ini.
Kesulitan dalam mengidentifikasi perundungan verbal terletak pada kecenderungan pelaku untuk merendahkan korban sebagai bentuk ejekan atau 'bercandaan' yang dianggap 'ramah' antara teman.
Karena itulah sulit bagi korban untuk membuktikan atau menyampaikan pengalaman mereka secara tegas kepada orang lain.
Akibatnya, mereka sering kali mengalami tingkat stres, kecemasan, dan bahkan kesepian yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Kondisi ini memperlihatkan pentingnya pemahaman yang lebih mendalam tentang perundungan verbal dan pengakuan akan dampak psikologis yang signifikan yang terkait dengannya.
Maka, mendorong kesadaran akan perlunya pengenalan, penghentian, dan perlindungan terhadap korban perundungan verbal adalah langkah penting dalam menjaga kesejahteraan mental dan emosional anak-anak di lingkungan sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Baca juga: Cara Mencegah Ancaman Judi Slot Online pada Anak-anak, Lakukan Ini Agar Terhindar
3. Bully relasional
Perundungan relasional merupakan salah satu bentuk perlakuan yang berlangsung secara tidak langsung, seringkali tersembunyi di balik layar, jauh dari perhatian langsung.
Jenis perundungan ini bertujuan untuk merusak reputasi atau hubungan sosial korban.
Tindakan-tindakan ini mencakup upaya mempermalukan di depan umum, menyebarkan rumor yang merugikan, secara sengaja mengisolasi atau menjauhkan korban dari interaksi sosial, serta tindakan lain yang bertujuan untuk mengucilkan korban dari lingkungan sosialnya.
Keunikan dari perundungan relasional adalah kecenderungannya yang licik dan berbahaya karena melibatkan strategi manipulasi sosial yang halus.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih sering menjadi sasaran dari perundungan relasional dibandingkan anak laki-laki.
Dalam kasus ini, efek dari perundungan tersebut dapat sangat merugikan, menyebabkan korban mengalami isolasi yang mendalam, kesepian yang berkepanjangan, gejala depresi yang signifikan, dan bahkan masalah kecemasan sosial yang memengaruhi interaksi sehari-hari.
Salah satu tantangan utama dalam menghadapi perundungan relasional adalah sifat tersembunyi dari perilaku ini, yang sering kali sulit dideteksi secara langsung.
Perundungan semacam ini dapat memberikan dampak yang tersembunyi namun merusak bagi kesejahteraan psikologis korban, seperti hilangnya kepercayaan diri, rasa rendah diri, serta kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan pemahaman tentang perundungan relasional ini, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat pada umumnya.
Hal ini memungkinkan kita untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam mencegah, mengidentifikasi, dan menangani dampaknya terhadap kesejahteraan emosional dan mental, terutama pada anak-anak yang rentan terhadap pengalaman perundungan ini.
Baca juga: Simak! Ini Dampak Cyber Bullying Bagi Pelaku dan Korban
4. Cyber bullying
Cyber bullying atau perundungan daring adalah bentuk perlakuan yang terjadi melalui media elektronik seperti komputer, ponsel cerdas, atau tablet.
Ini dapat terjadi melalui pesan teks, platform media sosial, aplikasi khusus, atau forum online.
Perundungan ini melibatkan tindakan seperti pengiriman konten berbahaya, pesan, atau foto yang berniat merugikan, serta berbagi informasi pribadi yang dapat menyebabkan penghinaan atau merugikan korban.
Meskipun perundungan secara langsung masih umum terjadi di kehidupan sehari-hari, namun fenomena cyber bullying terus berkembang.
Salah satu karakteristik utama dari perundungan daring adalah pelakunya sulit diidentifikasi secara langsung.
Kehadiran digital memungkinkan pelaku untuk menyamar atau menyembunyikan identitas mereka dengan lebih mudah, yang membuat sulitnya penegakan hukum atau langkah-langkah penanggulangan.
Perundungan daring ini sangat merugikan bagi korban. Dampaknya bisa lebih luas dan jauh menjangkau dibandingkan dengan perundungan langsung karena pesan atau konten yang dibagikan dapat menyebar dengan cepat dan bisa mencapai audiens yang lebih besar.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan psikologis yang serius seperti stres, kecemasan, bahkan depresi pada korban.
Menghadapi fenomena cyberbullying membutuhkan pendekatan yang cermat dan terkoordinasi baik dari pihak-pihak yang terlibat seperti orang tua, sekolah, serta pihak berwenang.
Pendidikan mengenai penggunaan etis dan aman dalam teknologi digital, serta membangun kesadaran akan konsekuensi perundungan daring, menjadi penting untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya bullying ini.
Baca juga: Beri Pemahaman Soal Cyber Bullying, Ini yang Dilakukan Kemkominfo
5. Bully secara seksual
Perundungan seksual adalah bentuk penindasan yang dapat terjadi baik secara daring maupun langsung, melalui komentar atau tindakan yang bersifat seksual.
Contohnya meliputi lelucon yang berbau seksual, pemanggilan nama yang merendahkan, tindakan fisik kasar, menyebarkan rumor berbau seksual, pengiriman foto atau video seksual, serta tindakan menyentuh atau memegang tanpa izin.
Studi pada tahun 2019 menyoroti prevalensi yang mengkhawatirkan dari perundungan seksual ini. Temuan menunjukkan bahwa 81 persen perempuan dan 43 persen pria pernah mengalami pelecehan atau perundungan secara seksual dalam hidup mereka.
Di samping itu, praktik sexting, yaitu mengirim atau menerima pesan atau foto seksual melalui perangkat elektronik, semakin umum terjadi.
Namun, ketika hal ini dilakukan tanpa persetujuan, seperti penyebaran foto atau video pribadi seseorang secara luas di antara kelompok sebaya, dapat berujung pada intimidasi seksual dan meningkatkan risiko terjadinya kekerasan seksual.
Bullying secara seksual membawa dampak psikologis yang serius bagi korban. Selain meningkatkan tingkat kecemasan dan stres, hal ini juga dapat mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
Karena itu, penting untuk terus meningkatkan kesadaran akan dampak perundungan seksual serta mendorong perlindungan yang lebih baik bagi korban.
Langkah-langkah pencegahan dan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku perundungan seksual menjadi kunci dalam melindungi individu dari pengalaman yang merugikan ini, baik secara daring maupun langsung.