Penjualan apel Batu menurun sampai 50 persen, pedagang mengaku sedih. (Dok. Radar Malang/JawaPos) |
PEWARTA.CO.ID - Para petani apel di Kota Batu, Jawa Timur, mengaku sedih karena sepinya penjualan apel saat masa libur akhir pekan.
Padahal, harga apel sudah diturunkan dari biasanya, namun tetap tidak mengatrol penjualan sebagaimana diharapkan.
Biasanya saat akhir pekan penjualan mengalami peningkatan, namun beda halnya dalam beberapa waktu terakhir, di mana apel produksi petani Batu kurang diminati.
Hal itu berbeda hasil pertanian lain seperti bunga dan tanaman hias lainnya.
Turunnya minat beli masyarakat terhadap apel Batu diungkapkan sejumlah penjual yang biasa menjajakan dagangannya di sekitar Jalan Pangeran Diponegoro, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Bahkan angka penurunannya mencapai lebih dari 50 persen ketimbang periode sebelumnya.
Salah satu pedagang, Roqiati, menyebut jika dirinya telah menurunkan harga apel dari sebelumnya Rp 25.000 per kilo menjadi Rp 17.000 per kilo. Namun hal itu tidak memengaruhi angka penjualan yang disebutnya kian sepi.
"Di sini saya menjual apel jenis manalagi dan ana. Jenis manalagi yang paling banyak di beli. Namun saat ini pembelinya berkurang padahal harganya sedang turun," kata Roqiati dikutip Radar Malang, Senin (6/11/2023).
Menurutnya, ia dan pedagang lain biasanya kerap panen penjualan saat masa libur akhir pekan, di mana paling banyak diburu oleh wisatawan yang berkunjung ke Coban Talun.
Ironisnya, bahkan sempat dagangannya tidak laku sama sekali dalam sehari kendati waktu akhir pekan.
"Bahkan kadang juga tidak mendapat uang sepeser pun," ungkapnya.
Meski begitu, dirinya bersama pedagang lain tetap berharap tuah akhir tahun, di mana momentum libur panjang menjelang natal dan tahun baru bisa mengangkat penjualan mereka.