Pasien pengobatan tradisional Ida Dayakbterus membludak. |
PEWARTA.CO.ID - Pengobatan tradisional Ida Dayak semakin tak terbendung. Semakin hari semakin bertambah jumlah lautan manusia yang rela mengantre berjam-jam berharap kesembuhan.
Setiap kali Ida Dayak membuka layanan pengobatan, saat itu juga ribuan orang selalu memadati lokasi praktik.
Hal itu kemudian mengundang komentar dari pengamat dari Universitas Indonesia (UI) terkait fenomena pengobatan tradisional Ida Dayak.
Devie Rahmawati pengamat UI menjelaskan, cara seseorang mengharap kesembuhan dari penyakit pada dasarnya bergantung pada dua metode, yakni secara medis maupun supranatural.
Namun jika dengan melihat antusiasme masyarakat terhadap praktik pengobatan tradisional yang dilakukan Ida Dayak, Devie dapat menyimpulkan bahwa persepsi sebagian masyarakat menilai jika cara medis dianggap lebih lama ketimbang yang bersifat klenik.
Hal itu jelas kontradiktif dengan keinginan pasien yang kebanyakan ingin proses kesembuhan dilakukan lebih cepat.
"Oleh karena itu pendekatan alternatif selalu menjadi salah satu pilihan cara untuk mempercepat proses kesehatan tadi," kata Devie dikutip dari Kompas.com, Jumat (7/4/2023).
"Biasanya mereka akan menempuh dual track bahkan hingga empat track untuk mencapai target kesehatan yang lebih baik," sambungnya.
Baca juga: Viral Praktik Pengobatan Tradisional Ida Dayak, NU Buka Suara
Apalagi, lanjut Devie, ketika orang sakit akan cenderung baru menyadari betapa sehat itu hal yang berharga. Sehingga saat sakit mereka ingin segera menyudahinya meski harus menempuh cara yang sedikit tak masuk akal sekalipun.
"Yang mana ketika mereka sudah menempuh jalur medis maka tidak menutup kemungkinan siapa pun akan mencari jalan keluar baru," ucap Devie.
Karenanya Devie tak merasa heran dengan fenomena pengobatan Ida Dayak yang kemudian menjadi ramai seperti yang terlihat melalui beberapa pemberitaan.