Ilustrasi. TikTok Shop. (Dok. Web) |
PEWARTA.CO.ID - Popularitas TikTok Shop kian hari semakin naik di kalangan warganet pegiat belanja online. Kemudahan yang ditawarkan dianggap menjadi sebab meroketnya TikTok Shop.
Pengguna TikTok kerap memanfaatkan fitur e-commerce tersebut untuk memenuhi kebutuhan belanja online mereka dengan sejumlah barang favorit mereka.
Selain mudah, lengkapnya pilihan produk juga dinilai sebagai salah satu faktor yang membuat TikTok Shop semakin tenar.
Dibalik naiknya popularitas TikTok Shop tersebut, banyak kalangan menilai bakal menjadi pesaing bagi raksasa e-commerce saat ini yakni Shopee dan Tokopedia.
Jika Shopee dan Tokopedia saja harus merasa was-was dengan melejitnya pengguna TikTok Shop, lantas bagaimana nasib e-commerce kecil yang justru tengah berjuang mempertahankan eksistensinya?
Menanggapi fenomena itu, Wakil Kepala Kajian Ekonomi Digital dan Ekonomi Tingkah Laku LPEM FEB UI, Prani Sastiono mempunya pandangannya sendiri.
Baca juga: Jadwal FYP TikTok Setiap Hari Berlaku Sepanjang Tahun 2023 yang BENAR dan VALID
Kehadiran fitur berbelanja online di aplikasi besutan China tersebut tak lantas mematikan peluang e-commerce secara langsung. Karena menurutnya, sosial commerce dan e-commerce memiliki segmennya sendiri.
"Karena memang kalau kita liat di sini e-commece sudah mature. Jadi kalau social commerce mungkin ada masalah dari consumer protection, mungkin dari segi jenis usahanya," kata Prani seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/1/2023).
Lebih lanjut Prani menjelaskan, barang atau produk yang dijual e-commerce macam Shopee dan Tokopedia bisa dibilang sebagai barang asli atau original, sehingga memberi rasa aman bagi konsumennya, meski terkadang dijual dengan harga lebih tinggi.
Berbeda halnya dengan TikTok Shop yang siapapun dapat menjual dagangannya dengan kualitas yang mungkin buka produk official.
Dengan kata lain, segmentasi yang dimaksud lebih mengarah pada jaminan kualitas vs harga di mana konsumen berhak menimbang fitur mana yang hendak mereka manfaatkan dalam berbelanja.
Selain itu, karakteristik market juga menjadi klasifikasi yang membedakan antara peluang bersinarnya e-commerce vs social commerce.
"Ada juga soal usia, mereka yang menggunakan Tiktok itu yang lebih muda dengan karekteristik pembelian produk yang segmented nilai produk juga tidak sebesar melalui e-commerce," tuturnya.
Baca juga: Antara Youtube dan TikTok, Mana yang Lebih Boros ke Kuota Data Internet Pengguna?
Prani menambahkan, jika e-commerce ingin platformnya mampu bersaing di tengah melejitnya popularitas TikTok Shop, maka perusahaan-perusahaan itu harus mampu meyakinkan konsumennya dari segi kenyamanan dan keamanan selama bertransaksi.
Hal senada juga dikatakan Ketua Dewan Pembina idEA Rudiantara. Ia menyebut jika pengguna social commerce tersegmentasi berdasarkan kebiasaan menggunakan aplikasi tersebut.
Rudiantara berpendapat, tingginya pengguna social commerce lebih karena ditunjang adanya konten menarik yang terkadang relevan dengan produk yang mereka inginkan.
"Karena sifatnya live dan kontennya lebih bagus, berbeda dengan platform lain yang besar itu kan tidak ada konten, itu barangkali yang menarik," ucap Rudiantara seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/1).
"Ini seperti tahun 2016, di mana ada orang beli barang pakai FB (Facebook), jualan lewat FB, tidak menganggu e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, jadi co-exists. Kalau saya lihatnya demikian fenomena Tiktok," lanjutnya.
Baca juga: Jadwal FYP TikTok Harian Terbaru 2023 Lengkap
Terkait nasib e-commerce kecil yang dikhawatirkan akan tenggelam karena kehadiran TikTok Shop, Rudiantara memiliki pandangan sendiri.
Ia menjelaskan, justru popularitas TikTok Shop akan menjadikan pelaku usaha semakin kreatif dalam memasarkan produknya dengan berkolaborasi bersama TikTok.
"Hal-hal kecil bahkan belum menengah, mereka pasti akan kreatif," terang Rudiantara.
"Tergantung pasar, tapi setidaknya harus punya ekosistem di Indonesia, dan TikTok kan bukan perusahaan itu mereka basisnya media sosial bukan perusahaan dagang. Mungkin akan terjadi kolaborasi yang menguntungkan bagi platform ecommerce yang tidak besar yang tidak punya ekosistem," tandasnya.