Chef Degan Septoadji saat menghadiri pembukaan event Horison Culinary Night Festival (HCNF) di Kota Batu, Jatim, Minggu (22/1). |
PEWARTA.CO.ID - Ancaman resesi ekonomi 2023 sangat mungkin terjadi. Berbagai sektor bisnis sudah pasti bakal terdampak, tak terkecuali Food and Beverage (FnB).
Bisnis kuliner di Indonesia mungkin juga akan merasakan dampak resesi ekonomi itu, terlebih jika pemiliknya tak mampu mengantisipasinya dengan strategi yang tepat.
Karenanya, dibutuhkan strategi khusus agar bisnis kuliner tersebut dapat bertahan di tengah ancaman resesi ekonomi tersebut.
Lantas bagaimana cara agar bisnis bisa bertahan saat resesi tersebut benar terjadi?
Baca juga: Komentar Chef Degan Septoadji Terkait HCNF 2023: Konsepnya Bagus!
Belum lama ini jurnalis Pewarta.co.id bertemu dan menanyakan langsung perihal ini kepada Chef Degan Septoadji.
Selain masih aktif berprofesi sebagai chef, Degan Septoadji juga tengah menjalankan bisnis FnB bersama timnya. Bukan hanya restoran, tetapi juga bisnis catering dan telah memiliki banyak karyawan.
Menurut chef kelahiran Jerman 55 tahun lalu itu, berbisnis kuliner bisa dibilang susah-susah gampang. Hal ini karena menjual produk makanan memerlukan perlakukan manajerial khusus yang tidak sama dengan bisnis lainnya. Sehingga memiliki tingkat risiko yang beragam.
Namun demikian, ia mengingatkan agar risiko tersebut dapat diminimalisir, pengusaha kuliner harus memperhatikan tiga hal penting berikut ini.
Baca juga: Aneka Jajanan dari Tape ini Cocok untuk Teman Ngemil, Makanan Tradisional Khas dari Bondowoso
Pertama, pentingnya menjaga kualitas masakan dan konsistensi rasa yang disajikan untuk konsumen.
"Bisnis FnB itu susah-susah gampang. Gampang belajar salah satu masakan, (tetapi) susah mempertahankan kualitasnya," kata Chef Septoadji saat ditemui di Hotel Horison Trunojoyo, Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (22/1/2023).
"Meskipun kita menjual satu masakan saja, misal online, tetapi kita tidak bisa mempertahankan kualitas, kita akan kehilangan pelanggan," sambungnya.
Kedua, menurut chef yang gemar mempromosikan kuliner Indonesia ke luar negeri itu, pengusaha FnB harus memiliki tim pemasaran yang solid dan dapat membaca selera pasar.
"Dalam menjalankan usaha FnB apa saja membutuhkan duit (modal -red). Misalnya, catering ada orang order kita masak. Ada juga restoran harus selalu mempersiapkan masakan, apakah itu laku atau enggak harus ada, nah ini biayanya lebih tinggi," ucapnya.
Baca juga: Horison Culinary Night Festival 2023 Resmi Digelar, Hadirkan Beragam Kuliner dan Perlombaan Seru
Oleh sebab itu, mengingat tingginya modal yang harus dikeluarkan dalam menjalankan bisnis kuliner, maka dibutuhkan manajemen keuangan yang baik.
Ketiga, soal operasional logistik yang juga harus dipikirkan oleh pengusaha. Karena setiap daerah memiliki tantangan tersendiri soal layanan pengantaran makanan, seperti jarak tempuh, kemacetan lalu lintas, serta kendala-kendala lain yang mungkin terjadi.
"Masak oke semua oke, tapi kalau kirim makanan kemana tiba-tiba macet nah gimana logistiknya. Hal itu semua harus dipikirin," tandasnya.
Dengan demikian, ketiga hal di atas menjadi poin penting untuk memastikan bisnis FnB dapat terus berjalan selama pola manajerial yang sehat. Namun terkait ancaman resesi masih bisa diinisiasi jika kualitas dan kepercayaan pelanggan dapat dijaga.