Ilustrasi cyber bullying. (Dok. Freepik) |
PEWARTA.CO.ID, JATIM - Kemajuan teknologi seharusnya dapat menjadi sarana mengembangkan potensi diri. Bukan sebaliknya, menjadi tempat untuk saling menjatuhkan satu sama lain.
Hal itulah yang mencaing keprihatian sejumlah pihak, tak terkecuali Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Ruang digital yang seharusnya bisa menjadi wwadah positif untuk saling berkomunikasi tak jarang malah menjadi ajang saling serang di antara penggunanya.
Oleh karena itu, munculah kampanye Gerakan Literasi Digital 2022 dari Kominfo, yang diwujudkan dalam kegiatan webinar yang mengangkat tema 'Jenis Cyber Bullying di dunia maya', pada Kamis (7/7/2022).
Baca juga: Daftar Lengkap 15 Situs Judi Online yang Diblokir Kominfo
Baca juga: Rilis KIM.id, Kominfo Ingin Bangun Literasi Digital Masyarakat
Angelina Primadani, Key Opinion Leader pada kelas daring itu menyebutkan, Indonesia termasuk dengan dengan kasus pembulian siber tertinggi di dunia, dengan di antaranya menempatkan anak-anak sebagai korbannya.
“Menurut data KPAI, kasus cyber bullying di Indonesia bahwa angka-anak yang menjadi korban cyber bullying telah mencapai 22.4%. Bahkan Indonesia menjadi negara dengan kasus cyber bullying tertinggi di dunia. Hasil penelitian APJII menyatakan 49% dari 5.900 responden menjadi korban cyberbullying. Tingginya persentase ini tidak lepas dari kemajuan teknologi,” bebernya.
“Cyber bullying merupakan bagian dari bullying (di dunia maya). Menurut sudut pandang hukum, cyber bullying merupakan kejahatan yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman, dan lain-lain. Tujuannya agar target mengalami gangguan psikis," sambungnya.
Angelina menambahkan, model bullying yang terjadi di ranah digital justru lebih berbahaya dibanding dunia nyata. Pasalnya, pembulian di platform online dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Tangkapan layar kegiatan webinar Gerakan Literasi Digital 2022 yang diselenggarakan Kominfo, dengan mengangkat tema Jenis Cyber Bullying di dunia maya, pada Kamis (7/7). |
Baca juga: Peringatan! Jangan Ketik 7 Hal ini di Google
Baca juga: Cara Setting Remote TV Universal Bisa untuk Semua Merek
“Cyberbullying ini menjadi fenomena baru, terutama di kalangan anak-anak dan usia remaja. Cyber bullying lebih kejam dibandingkan bullying (umumnya) karena meninggalkan jejak digital seperti foto, video, maupun tulisan," terangnya.
Penyebab orang melakukan bullying, lanjut Angelina, tak lain karena sebagai ajang balas dendam, ingin diakui keberadaannya, hingga kurangnya perhatian dari orang-orang di sekitar yang seharusnya memberi nasihat.
Angelina juga berpesan kepada peserta webinar, untuk menghentikan aksi cyber bullying dalam bentuk apapun. Ia mengimbau agar masyarakat dapat lebih santun dalam bermedia sosial.
(kmf/se1)