Mobil Hyundai Ioniq 5 usai peluncuran di IIMS Hybrid 2022 di JiExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (31/3/2022).(Dok. Kompas/Garry Lotulung) |
Usut punya usut, ada sejumlah faktor yang menyebabkan konsumen Indonesia masih ragu terhadap teknologi mobil listrik tersebut.
Analis Kebijakan Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Miftahudin, menjelaskan faktor tersebut.
Menurut Miftahudin, salah satu hambatan yang membuat mobil listrik masih belum maksimal di Indonesia karena kurangnya edukasi kepada. Sebab menurutnya, konsumen sebetulnya tak masalah beralih ke mobil listrik jika memang bisa mengurangi biaya energi.
Berdasarkan riset yang dilakukan Pike Research pada 2009 lalu, disebutkan dua dari tiga konsumen bahkan tak segan membayar lebih apabila mobil listrik lebih hemat.
“Konsumen masih menganggap mobil listrik khususnya di Indonesia masih banyak kekurangan. Di antaranya adalah sebaran listrik di Indonesia belum merata. Di Jawa surplus, tapi di beberapa pulau ada yang tidak stabil,” ujarnya saat seminar PEVS 2022 di JIExpo, Kemayoran, Kamis (28/7/2022).
Selain itu, lanjut dia, faktor harga mobil listrik yang kurang ramah dengan kantong mayoritas konsumen Indonesia juga dinilai menjadi kendalanya. Harga yang mahal dari mobil listrik membuat kendaraan ramah lingkungan ini hanya bisa dimiliki 5 persen dari total penduduk Indonesia saat ini.
Faktor selanjutnya, keterbatasan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) juga menjadi kendala. Sebab, tanpa sebaran lokasi SPKLU merata, konsumen tentu akan berpikir dua kali untuk memiliki mobil listrik.
“Karena biaya pembuatan 1 SPKLU lumayan mahal. Paling tidak butuh Rp 1 miliar. Rp 1 miliar kalau konsumen hanya ada 1.000 kendaraan, tentu tidak balik modal dalam jangka waktu yang masuk akal,” terangnya.
Hal lain yang juga menjadi kendala adalah soal evolusi teknologi kendaraan bertenaga listrik. Diana setiap kendaraan listrik memiliki teknologi daya baterai, tempat pengecasan, hingga motor listrik yang berbeda-beda.
“Kita harus berhati-hati ketika memilih satu teknologi yang paling pas untuk Indonesia. Itu bukan perkara yang mudah, apakah kita akan memilih model yang dikembangkan perusahaan A atau negara A, atau dari negara B,” tukasnya.