PEWARTA.CO.ID - Dulu bermain gim selalu berkonotasi negatif. Para orangtua sampai harus mewanti anak-anaknya agar mengurangi waktu bermain gim. Namun siapa sangka jika kini gim bisa menjadi sumber cuan alias menghasilkan pendapatan.
Namun demikian, bermain gim sepatutnya tetap dijalankan dengan batas sewajarnya. Hal ini untuk meminimalisir dampak negatif karenanya.
Dosen STIKOSA AWS Rizky Wulandari, saat mengisi webinar bertajuk 'Tips dan Trik Raih Cuan Melalui Games' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengutarakan, bahwa gim bisa menjadi ladang menjanjikan jika dijalankan dengan cara yang tepat. Namun tetap harus memahami perihal etika selama bermain.
“Di dalam teknologi digital ada etika dan netiket. Perbedaannya adalah etika yaitu sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya, ini berlaku untuk individu. Sedangkan netiket merupakan tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam kelompok. Ini berlaku jika individu atau berkomunikasi dengan orang lain,” terangnya, Jumat (1/7/2022).
Rizky menambahkan, bermain gim seharusnya hanya dijadikan obat melepas penat atau saat seseorang merasa jenuh. Karena bisa jadi hal itu akan malah memberikan manfaat positif bagi si pemain.
Kegiatan webinar bertajuk 'Makin Cakap Digital' yang diselenggarakan Kominfo, Jumat (1/7) |
"(Dampak bermain gim) menghilangkan rasa jenuh, membuat orang semakin pintar, kompleksitas games memberikan anak Anda kesempatan untuk meningkatkan keterampilan kognitif seperti memecahkan masalah dan membuat keputusan, anak menjadi lebih cekatan, membuat diri kita senang, dapat mengenal hal-hal baru, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan meningkatkan tingkat solidaritas,” ungkapnya.
Meski begitu, lanjut Rizky, bermain gim tentu juga memiliki dampak negatif, seperti memberika efek candu bagi pemainnya.
“Setiap ada sisi positif, pasti ada sisi negatifnya. Sisi negatifnya yaitu anak semakin menjadi candu terhadap game-nya, menjadi malas, kurang mempedulikan lingkungan sekitar, selalu memikirkan game-nya, banyaknya game kekerasan dan tidak layak untuk dilihat, selalu ingin meniru yang terjadi dalam game, terganggunya penglihatan jika terus di depan layar, menjadi lebih boros, dan lupa waktu,” ujar Rizky.
Oleh sebab itu, Rizky mengingatkan, menikmati fasilitas dari kecanggihan teknologi sebaiknya dilakukan dalam konteks batas kewajaran.
"Etika hadir sebagai seorang yang bijak, yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia," pungkasnya.
(kmf/se1)