Seperti diketahui, tim voli Indonesia baik regu putra maupun putri berhasil menyabet medali dalam ajang bergengsi pesta olahraga di Asia Tenggara, SEA Games ke-31 Vietnam. Di mana tim putra meraih medali emas dan putri mendapat perunggu.
Prestasi keduanya turut mendapat apresiasi dari sejumlah pihak, salah satunya kapten timnas voli Vietnam, Giang Van Duc. Bahkan ia menyebut Indonesia raja voli Asia Tenggara.
Setelah gelaran SEA Games 2021 usai, dikabarkan tim voli Indonesia berpeluang mengikuti sejumlah turnamen bergengsi lainnya. Namun sayangnya diperkirakan upaya dalam berpartisipasi tersebut tak akan semulus yang diwacanakan.
Manajer Tim Voli Indonesia, Loudry Maspaitella menjelaskan, terdapat sejumlah hambatan yang membuat langkah keikutsertaan tim voli Indonesia menjadi sulit terealisasi.
"Idealnya ada (kejuaraan lanjutan) cuma ini masalah COVID-19 pertama dan yang kedua masalah klasik pendanaan. Itu yang membuat kami tak berani jauh membuat perencanaan. Tapi idealnya tim ini seharusnya memang berlanjut," ucap Loudry dikutip dari detikSport, Selasa (24/5/2022).
"Tanpa bermaksud terlalu percaya diri, ini komentar dari teman-teman negara lain seperti Kamboja, Thailand bilang, 'Kamu jangan bawa tim ini. Ini levelnya beda untuk SEA Games'. Dan saya juga bilang, 'kalau cuma emas SEA Games, itu dari zamannya saya, bagaimana merebut medali emas' dan itu bertahun-tahun diteruskan. Nah, seharusnya teman-teman sekarang berpikirnya Asia," lanjutnya menceritakan apresiasi negara lain.
"Jadi artinya kami berpikir Asia itu bukan karena ambisi buta tapi kami punya kompentensi dan anak-anak mampu. Ayo berpikir Asia, supaya setiap SEA Games sudah pasti emas lah, kalau levelnya Asia," imbuhnya.
Pada level Asia, terang Loudry, sebenarnya terdapat kompetisi bergengsi yang digelar tahun ini, di antaranya Liga Asia dan Challenge Asia Cup 2922. Sayangnya, Indonesia tidak bisa mengikuti satupun dari kedua kejuaraan tersebut lantaran peringkat negara yang tak memenuhi syarat.
Untuk diketahui, syarat untuk bisa bermain di Liga Asia, negara peserta harus memiliki peringkat 8 besar Asia, sementara level challenge diharuskan ada di rangking 16 besar.
"Masalahnya, Indonesia di luar ranking 16 besar itu. Hal itu terjadi karena selama tiga tahun COVID-19, kami tak pernah ikut kejuaraan. Sementara negara lain tetap aktif. Nah, ketidakaktifan kami di dunia internasional selama 3 tahun berdampak pada ranking," ungkap Loudry.
Tim voli Indonesia, sebut Loudry, kemungkinan masih berpeluang tampil pada kedua turnamen tersebut andai dapat memanfaatkan peran Rita Subowo, mantan Ketua Komite Olimpiade Indonesia yang kini menjabat Presiden Asian Volleyball Confederation (AVC). Ia berharap ada lobi-lobi yang menjurus pada keikutsertaan Indonesia di kejuaraan itu.
"Seharusnya bisa dilobi-lobi tapi yang penting PBVSI serius karena yang ditakutkan AVC, ini penyakit (voli) Indonesia dulu-dulu ya, bukan saya, jadi sudah daftar tapi begitu undian tidak datang (tak ada dana)," sindirnya.
Namun demikian, di luar rencana keikutsertaan pada agenda-agenda besar yang telah dijelaskan tadi, Indonesia sendiri telah berkomitmen dengan konfederasi Asia Tenggara untuk menggelar liga di level Asia Tenggara menjelang akhir tahun ini.
Loudry menyebutkan, setidaknya ada empat negara yang sudah membuat komitmen berpartisipasi dengan menurunkan tim putra dan putrinya. Negara-negara itu antara lain Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Namun sekali lagi, pihaknya berharap keseriusan induk federasi voli Indonesia agar agenda tersebut dapat terlaksana seperti yang telah direncanakan.
"Semoga bisa dijalani. Kalau saya bukan masalah SEA Games, saya terpatok pada opini orang. Saya menilai, mohon maaf tanpa bermaksud sombong, jangan salah paham ini memang level anak-anak jauh. Bisa dibilang generasi ini adalah terbaik yang dimiliki Indonesia," katanya.
"Makanya, saya berharap jangan sampai putus momentum ini. Jangan seperti Thailand sekarang. Bayangkan dari 2011, 2013, 2015, 2017 terus juara, begitu ganti langsung sekarang tak mendapat medali.
"Saya tak mau itu terjadi pada anak-anak ini. Makanya, kita harus punya pelapis karena tiga tahun kemudian anak-anak ini masih golden age semua. Itu tugas kita semua untuk menyiapkan itu," tegas Loudry.
(sfy/sfy)