Terlebih setelah ditemukannya kasus PMK pertama di Gresik, Jawa Timur, pada 28 April 2022 lalu. Berselang setelahnya, virus tersebut dikatakan telah mengalami peningkatan dua kali lipat setiap harinya.
Tidak hanya mendera sapi, wabah PMK dikabarkan juga rentan dialami hewan ternak lainnya seperti kerbau, unta, gajah, rusa, kambing, domba, dan babi.
Lantas, apa itu wabah PMK?
Lalu, seperti apa sejarah wabah PMK di Indonesia?
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat via detikcom, Selasa (17/5/2022), berikut pengertian tentang apa itu wabah PMK, sekaligus penjelasan sejarah wabah PMK di Indonesia.
Pengertian Wabah PMK
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau dalam istilah internasional dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) merupakan jenis penyakit yang disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Aphthovirus yakni Aphtae epizooticae.
Masa inkubasi dari penyakit ini berlangsung 1-14 hari sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu.
Angka kesakitan ini bisa mencapai 100% dan angka kematian tinggi ada pada hewan yang masih berumur muda atau anak-anak. Dikabarkan juga, penularan PMK termasuk cukup tinggi, tetapi tingkat kematian hanya 1-5% saja.
Sejarah Wabah PMK di Indonesia
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Brawijaya (UB), Dyah Ayu Oktavianie menjelaskan, ternyata sebenarnya Indonesia sudah pernah dinyatakan terbebas dari kasus PMK sejak tahun 1990-an.
Namun yang terjadi belakangan, diperkirakan berasal dari lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan asal hewan yang berasal dari luar Indonesia.
"Maka dari itu saat ini pemerintah memberlakukan pembatasan wilayah khususnya lalu lintas hewan ternak pada daerah wabah, agar tidak semakin meluas wabah PMK yang terjadi sejak akhir April lalu," kata Dyah dikutip dari detikjatim, Selasa (17/5/2022).
Lebih lanjut Dyah menjelaskan, bagi ternak sapi yang saat ini sudah terinveksi PMK, dapat diberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terapi simptomatik, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.
"Virus tersebut menyerang hewan ternak yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, dan pada sapi-sapi muda bisa berakibat kematian. Sehingga angka mortalitas pada sapi muda atau pedet cukup tinggi," ujarnya.
Saat ditanya apakah wabah PMK dapat menular ke manusia, wanita yang juga berprofesi sebagai Dekan FKH UB itu mengatakan jika virus ini tidak menular ke manusia, sehingga masyarakat diharap tak perlu khawatir karenanya.
"Masyarakat tidak perlu khawatir karena PMK bukan penyakit zoonosis dan sampai saat ini belum ada kasus penularan ke manusia di Indonesia," tegasnya.
Namun demikian, Dyah juga berpesan agar masyarakat selalu mengonsumsi daging dan susu sapi yang dihasilkan dari hewan ternak dengan pengolahan yang sempurna.
"Ini yang harus dipahami masyarakat bahwa tidak perlu takut mengonsumsi daging dan susu, tapi harus diperhatikan pengolahan daging dan susu dengan benar sehingga virus menjadi in-aktif," pungkasnya.
(ben/chy)