Pertumbuhan ekonomi RI tersebut menurut Kepala BPS Margo Yuwono, selain dipengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat juga karena adanya low base effect pada kuartal tahun 2021.
"Faktor lain juga karena ada low base effect pada kuartal 2021 di mana kita tahu ekonomi Indonesia pada saat itu yg terkontraksi 0,70 persen," ungkapnya saat jumpa pers, Senin (9/5/2022).
Margo menambahkan, sektor industri perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi memberi pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB berdasarkan lapangan usaha, yakni sebesar 65,74 persen.
Sementara itu, sektor yang menjadi pendorong ekonomi kuartal I-2022 didominasi industri pengolahan yang mampu tumbuh mencapai 19,19 persen, di mana pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,06 persen.
"Kali dilihat sebagai pengungkit tumbuhnya di industri pengolahan tumbuh di subsektor tekstil dan pakaian jadi 12,45 persen. Industri makanan minuman 3,75 persen," imbuhnya.
Adapun industri kimia farmasi dan obat tradisional juga tumbuh sebesar 4,67 persen, yang diikuti industri alat angkutan yang tumbuh 4,09 persen. Kedua sektor tersebut berkontribusi pada pertumbuhan PDB sebesar 84,09 persen.
"Konsumsi RT (Rumah Tangga) ini tinggi 4,34 persen, dan ini kalau dilihat penyebabnya selain mobilitas penduduk yang semakin baik dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Masyarakat sudah mulai konsumsi di sektor tersier seperti hotel, angkutan, restoran, dan sebagainya," tuturnya.
Sedangkan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh di angka 4,09 persen jika dilihat pendukungnya peningkatan penjualan semen dalam negeri. Volume penjualan kendaraan barang modal baik domestik maupun impor juga meningkat.
Kemudian untuk ekspor juga tumbuh 16,22 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 7,74 persen, dan impor tumbuh 15,03 persen.
Inflasi April 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat inflasi April 2022 sebesar 3,47 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Secara year to date (YTD) inflasi 2,15 persen.
BPS telah melakukan pemantauan di 90 kota di Indonesia pada April 2022 inflasi sebesar 0,95 persen. Terjadi peningkatan indeks harga konsumen yang awalnya 108,95 persen pada Maret 2022 menjadi 109,98 persen pada April 2022.
"Penyumbang inflasi utama pada April ini berasal dari komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, serta ikan segar," terangnya.
Margo menjelaskan, dari 90 kota yang dipantau BPS tersebut inflasi tertinggi di Tanjung Pandan, yakni sebesar 2,58 persen. Sedangkan inflasi terendah ada di Gunung Sitoli yang hanya sebesar 0,22 persen saja.
"Penyebab inflasi tertinggi di Tanjung Pandan itu ya bersumber dari ikan krisis memberikan andil inflasi 0,37 persen. Diikuti minyak goreng andil inflasi tinggi 0,36 persen, dan ikan ekor kuning juga berikan andil inflasi di Tanjung Pandan sebesar 0,20 persen," pungkasnya.
(mro/cfd)