Kini pihak PSSI pun buka suara untuk menanggapi kabar penagihan hutan oleh perusahaan bernama Target Eleven itu. PSSI menyebut, jika hutang itu merupakan warisan dari PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).
Pihak Target Eleven akhirnya membawa kasus hutang yang belum terbayar ini ke Badan Arbitrase Olahraga Internasional (CAS), dengan turut menyeret nama PSSI di dalamnya. Namun pihak PSSI berseloroh jika seharusnya yang dilibatkan adalah PT LPIS, bukan mereka.
"PSSI berniat baik untuk menyelesaikan kasus ini. Namun, Target Eleven bersikeras untuk menyeret administrasi sekarang yang tidak tahu-menahu mengenai perjanjian yang terjadi hampir satu dekade yang lalu," ujar Yunus Nusi, Sekjen PSSI dikutip dari laman detik, Sabtu (19/3/2022).
Untuk diketahui, PT LPIS merupakan operator Liga Primer Indonesia (LPI) yang dijalankan pada musim 2011-2013. Di mana saat itu banyak bermunculan klub-klub dengan nama baru di daftar kasta tertinggi Liga Indonesia pada saat itu, yang pada akhirnya menjadi awal kemunculan dualisme federasi.
Hal itulah yang membuat PSSI bersikukuh jika somasi yang dilakukan Target Eleven ini salah sasaran. Karena yang dijadikan mitra oleh perusahaan tersebut adalah operator liga di era LPI, bukan dengan struktur PSSI yang aktif saat ini.
Menurut laporan yang dirilis media Belgia RTBF, pihak Target Eleven menyepakati kontrak kerja sama dengan PSSI kala itu, di mana keduanya sepakat untuk menjalankan program demi peningkatan profesionalitas sepakbola Indonesia. Bahkan dikatakan jika Pemerintah Indonesia juga turut terlibat dalam kesepakatan itu.
Seiring perjalanan, kerja sama itu tidak berjalan mulus. Ada banyak masalah yang menimpa persepakbolaan Indonesia kala itu. Dimulai dengan perpecahan federasi, bermunculannya dualisme klub tanah air, permasalah gaji pemain yang belum atau tidak terbayar, hingga terjadinya pengaturan skor. Puncaknya, FIFA selaku federasi sepakbola tertinggi di dunia, menjatuhi sanksi banned kepada Indonesia tepatnya pada 2015.
Permasalahan itulah yang diduga membuat proses pembayaran PSSI kepada Target Eleven menjadi macet. Perusahaan yang bergerak di bidang marketing olahraga itu pun akhirnya melaporkan PSSI kepada CAS per tanggal 9 Juni 2021.
PSSI Dilaporkan ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS)
Sebenarnya PSSI telah berkomitmen untuk segera menyelesaikan masalah ini, sehingga Target Eleven sempat menunda laporannya kepada CAS. Namun setelah berbulan-bulan tidak ada kejelasan mengenai kabar baik, akhirnya Target Eleven untuk secara resmi melaporkannya kepada CAS.
PSSI diklaim sudah tidak ada niatan lagi untuk menyelesaikan masalah ini. Pihak Target Eleven mengatakan, PSSI dinilai hanya berniat menunda-nunda waktu saja tanpa memiliki niat yang jelas dalam menyelesaikan kewajiban.
Perwakilan Target Eleven, Patrick Mbaya mengungkapkan, jumlah itu terbilang signifikan dan sangat merugikan mereka.
"Pekerjaan yang sudah dilakukan selama beberapa tahun, dan kompensasi atas hilangnya pendapatan berdasarkan kontrak utama yang seharusnya kami tandatangani untuk liga, seperti hak siar televisi sebesar 1,5 miliar atau 150 juta USD per tahun," ungkapnya.
Patrick menambahkan, PSSI masih memiliki waktu sampai 21 Maret 2022 untuk memberikan respon terhadap pelaporan ini. Jika tidak, maka ketua Pengadilan dari CAS akan mulai menjalankan perkara ini. Di mana para arbiter, akan menunjuk seorang presiden untuk menyusun arbitrase.
(wyo/ksd)