Ilustrasi: Tahu. |
Pewarta.co.id, Kediri - Pengusaha tahu di Kediri, Jawa Timur keluhkan mahalnya harga kedelai di pasaran. Hal ini memaksa mereka untuk memutar otak agar tak menanggung rugi yang lebih besar.
Harga kedelai di Kediri belakangan melambung tinggi imbas dari kebijakan PPKM. Dan salah satu opsi yang mereka lakukan adalah dengan mengurangi jumlah produksi.
Gatot Siswanto, owner dari CV Gudange Tahu Takwa (GTT) Kediri mengatakan, biasanya jumlah produksi di pabrik tahu miliknya bisa menghasilkan 400 kilogram tahu per hari, kini dikurangi hanya menjadi 300 kilogram saja.
"Bahkan hari ini 200 kilogram saja," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Selasa (15/2/2022) kemarin.
Gatot mengungkapkan, sejak awal pandemi Covid-19 sebenarnya jumlah produksi memang sudah mulai dikurangi. Hanya saja sempat normal kembali sejak November 2021 lalu karena status PPKM di Kediri yang turun level.
"Bulan November 2021 itu, ekonomi mulai normal lagi, hingga ada himbauan dari pemerintah ada penutupan lagi, omset turun lagi," ujarnya.
Gatot juga menambahkan, selain karena faktor PPKM yang terus berubah statusnya, pengurangan produksi di pabrik tahu miliknya tak lain karena mahalnya harga kedelai.
Sejak dua pekan lalu harga bahan baku tahu itu berada di kisaran Rp 111 ribu per kilogram, bahkan pernah mencaapai Rp 12 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya terbilang stabil di angka Rp 9.500 per kilogram.
Menurut Gatot, mengurangi jumlah produksi adalah pilihan bijak, dari pada harus mengurangi kualitas produksi yang katanya justru akan berimbas pada menurunnya kepuasan konsumen.
"Kami tidak berani untuk pengurangan bahan baku, karena akan mengurangi kualitas produksi. Dengan harga kedelai saat ini, tentu saja harga jual produk kami berupa tahu terpaksa juga kami naikkan. Semula harga per biji tahu Rp900, sekarang naik menjadi Rp1.000," ungkapnya.
Pabrik tahu yang berada di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur itu pun tetap mempertahankan jumlah pekerja sampai dengan saat ini, disaat pabrik lain terpaksa banyak yang merumahkan karyawan.
"Untuk tenaga kerja tidak ada PHK, hanya pengurangan jam kerja saja. Untuk di bagian produksi ini ada 25 orang. Kerja mulai jam 7 (pagi) sampai jam 3 (sore). Produknya ada banyak, tahu takwa, stik tahu, tahu bulat," jelas Gatot.
Ia pun berharap agar pemerintah membuat kebijakan khusus untuk menolong industri UMKM seperti miliknya. Lebih spesifik adalah dengan menstabilkan harga kedelai yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu.
(noe/ad)