Ilustrasi homeless (Freepik) |
Pewarta.co.id, Batu - Dampak pandemi Covid-19 memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tak terkecuali Kota Batu, Jawa Timur.
Terlebih Kota Batu yang selama ini mengandalkan sektor pariwisata terpaksa harus kehilangan banyak sumber pendapatan daerah akibat destinasi wisata yang tidak beroperasi secara maksimal.
Akibatnya banyak pelaku industri wisata yang saling berakitan, seperti pengelola wisata, jasa penginapan (homestay), sampai penggerak ekonomi skala kecil juga terkena imbasnya.
Hal itu disampaikan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko dalam Laporan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2021.
Dewanti mengatakan, postur APBD 2021 Kota Batu mengalami banyak perubahan akibat pandemi yang berkepanjangan. Dimana efek lainnya terimbas kepada pendapatan daerah yang menyusut 10 persen, atau hanya terkumpul Rp 99,88 milyar saja.
Terhitung sektor belanja daerah meningkat 6,88 persen atau Rp 74,84 milyar. Peningkatan juga ditunjukkan pembiayaan daerah 174,9 persen atau Rp 174,9 milyar.
Lebih rinci Wali Kota Batu menyampaikan, pandemi berdampak pada lesunya perekonomian, terutama di sektor wisata akibat adanya pembatasan mobilitas. Dikatakannya, kondisi ini membuat pemasukan daerah juga ikut terhambat.
"Ini dampak domino imbas tutup sektor jasa akomodasi pariwisata yang memicu tingginya angka pengangguran terbuka. Hal serupa (juga) dirasakan pelaku seni yang tidak bisa melakukan pertunjukkan," ungkapnya.
Dewanti juga menjelaskan, tahun 2020 lalu menjadi tantangan terberat sektor perkonomian Kota Batu. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) jasa akomodasi pariwisata minus sebesar 23,13 persen. Sedangkan pada 2021, ditargetkan PDRB jasa akomodasi pariwisata bisa tumbuh mencapai 12,75 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, angka pengangguran terbuka Kota Batu mencapai 5,93 persen.
Dengan melihat angka statistik tersebut, kata Dewanti, perlunya untuk segera mengambil sikap, dimana pihaknya menerapkan target dapat menurunkan jumlah pengangguran terbuka di Kota Batu sebesar 3 persen. Hal ini lantaran perkonomian di Kota Batu yang berangsur menunjukkan peningkatan positif.
"Di tahun kelima kepemimpinan kami, tahun 2022 ini kami berharap perekonomian membaik. Harapan kami di bulan April saat BPS merilis data pengangguran terbuka, angkanya menurun," ucap Dewanti.
Mulai pertengahan tahun 2021, laju pertumbuhan ekonomi di Kota Batu mulai bergerak normal. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka kunjungan wisata, serta tingkat keterisian (okupansi) hotel, dan bisnis penyewaan hunian.
"Mari bersama-sama membangun kepercayaan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara bahwa berwisata di Kota Batu aman dan nyaman. Suasana di Kota Batu kondusif, dan penyelenggaraan pariwisatanya taat dengan protokol kesehatan," paparnya.
Seperti dikatakan sebelumnya, selain wisata, sektor UMKM Kota Batu juga terimbas pandemi. Akibatnya PDRB kategori perdagangan dan industri mengalami minum 4,38 persen di tahun 2020. Pada pada perencanaan awal ditargetkan pertumbuhannya bisa mencapai angka 13 persen. Demikian juga pada sektor pertanian dan perikanan, yang ditargetkan mampu tumbuh 6,86 persen.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan PDRB perdagangan dan industri, perlu dilakukan penyusunan kajian pembangunan industri kota. Sehingga dapat memetakan potensi industri yang ada untuk pengembangan berkelanjutan," tutup Dewanti.
(bgs/im)